Senin, 19 Mei 2014

Maanyan Berkisah, tentang kisah sejarah warisan budaya suku dayak maanyan

Buku ini mengisahkan tentang perjalanan Suku Dayak Ma’anyan atau sebelumnya bernama Pangunraun Jatuh yang merupakan salah satu dari bagian sub suku dayak di pulau Kalimantan, baik dari awal penciptaannya oleh Allah mula Allah (Tuhan), perkembangan kehidupan sosial, kejayaan dan
kemahsyurannya, kehancurannya akibat peperangan, bahkan hingga masa akhir perpecahannya.
Penyusunan buku ini berdasarkan hasil dari kajian – kajian tertulis dari buku, catatan, tulisan, postingan internet serta dari hasil wawancara pada narasumber, seperti para orang – orang tua Suku Dayak Ma’anyan yang mengetahui kisah ini melalui bahasa lisan dari pendahulu mereka secara turun menurun, baik melalui kisah ataupun melalui nyanyian. Disamping itu, penyajian buku Ma’anyan Berkisah ini juga
penulis coba sajikan dengan cara sistematis dan berurutan dari awal sampai akhir, baik itu tentang suatu kejadian ataupun rentetan kisah yang diwujudkan oleh peristiwa – peritiwa yang saling berkaitan antara satu sama lainnya. Hal ini sengaja penulis buat, sebagai usaha untuk memudahkan pembaca memahami kisah yang disampaikan di dalam buku ini.
Buku “Ma’anyan Berkisah” ini menurut hemat penulis bisa dikatakan sebagai jenis buku cerita sejarah warisan budaya. Dikatakan sejarah karena didalamnya memuat cerita atau uraian dari suatu rangkaian peristiwa atau kejadian – kejadian dimasa lalu sesuai dengan rekonstruksi masa yang telah terjadi. Dan dikatakan cerita warisan budaya karena didalam buku ini mengisahkan tentang asal usul peristiwa munculnya sebuah suku bangsa secara sengaja melalui rangkaian sesungguhnya dari tindakan – tindakan manusia dan Tuhan di masa lampau. Dengan kata lain, secara umum terkadang cerita warisan budaya atau sastra, bahkan bisa disebut dengan mitologi sering dikaitkan dengan fiksi, sedangkan sejarah tidak dapat dipisahkan dari fakta masa lalu. Untuk itu, sebagai sebuah realitas atau kenyataannya, bahwa sejarah dan cerita warisan budaya sering dianggap berada di dalam tataran yang sama, karena keduanya bisa berada dalam pargulatan
dibidang yang sama, yaitu bahasa. Sejarah sebagai sebuah rekonstruksi tertulis dan lisan yang kita kenal saat ini adalah hasil dari bahasa, wacana, dan pengalaman sesuai dengan konteksnya yang merupakan sebuah fakta dari masa lalu. Sementara itu cerita warisan budaya ataupun sastra telah berhasil menampilkan citra dirinya sejajar sebagai sejarah karena mampu menghadirkan fakta situasi faktual dari masa lalu sebagai sebuah naratif melalui imajiasi kebahasaannya. Maka berkaitan dengan itu, melalui suatu naratif dan bahasa yang sederhana, buku “Ma’anyan Berkisah” ini mencoba menyajikan suatu cerita warisan budaya dari  sebuah tindakan - tindakan yang dengan sengaja telah menjadikannya suatu peristiwa dan selanjutnya akan terhubung kedalam sebuah rekonstruksi sejarah yang merupakan suatu usaha menunjukan suatu rencana yang diwujudkan oleh peristiwa – peristiwa di masa lampau. Selanjutnya penulis yakin bahwa buku ini  banyak kekurangan yang perlu disampaikan, baik itu dari segi bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, tegur sapa dari segenap pembaca untuk lebih menyempurnakan isi buku ini sangat penulis harapkan. Semoga buku “Ma’anyan Berkisah” ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya, untuk menuju terbentuknya kepribadian yang luhur, berpengetahuan dan manusiawi serta pengenalak kebudayaan Kalimantan Tengah. Amin.


bila ingin mendownload buku ini, silahkan klik link di bawah ini
http://downloads.ziddu.com/download/23789982/223677699-Ma-anyan-Berkisah.pdf.html
atau
http://www.scribd.com/doc/223677699/Ma-anyan-Berkisah

semoga bermanfaat, terima kasih.

Kamis, 31 Januari 2013

TRITUNGGAL MAHA KUDUS

APA YANG AKU PERCAYAI DALAM SYAHADAT IMAN ITU ? Dalam syahadat iman, yang aku percayai ialah Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus ( Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa ...., dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal....., aku pecaya akan Roh Kudus ). Allah itu satu kodrat, tetapi tiga diri. Allah yang Esa tetapi tiga diri adalah suatu misteri, tidak dapat dijelaskan secara sempurna oleh akal manusia. Allah Tritunggal itu misteri. Justru dalam misteri inilah Allah sungguh menjadi Allah. Jika manusia bisa menangkap dan menjelaskan dengan sempurna pribadi Allah, maka Allah bukanlah Allah lagi. Sebab dengan demikian berarti manusia dapa mengatasi kemahasempurnaan Allah sendiri. APA MAKNA YANG DAPAT KITA AMBIL DARI KEPERCAYAAN AKAN ALLAH TRITUNGGAL ? Memang sulit untuk mengerti Allah Tritunggal. Namun, kita sadar bahwa pikiran Allah bukan pikiran manusia, dan pikiran manusia bukan pikiran Allah. Sebab perbedaan pikiran Allah dengan manusia adalah setinggi langit dan bumi (Yes 55:9). Walaupun demikian kita tahu bahwa telah terjadi persekutuan dan hubungan cinta yang sempurna di dalam Allah sendiri, sebab tiga diri Allah menjadi satu. Inilah makna yang bisa kita simak dari misteri Allah Tritunggal bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya, Ia adalah Cinta (bdk. 1 Yoh 4:8.16). Tritunggal tidak menyatakan jumlah Allah, tetapi menyatakan kemuliaan dan keangungan Allah, dalam relasi-Nya yang sempurna yaitu Cinta Kasih. APAKAH ALKITAB MENJELASKAN ALLAH TRITUNGGAL ITU, ALLAH YANG ESA ? Alkitab dan ajaran Gereja tidak pernah menyatakan bahwa Allah itu tiga. Bahwa Bapa + Putra + Roh Kudus = Allah. Jika orang berpegang pada penjumlahan tersebut tentulah kesimpulannya Allah itu tiga. Tetapi, tidak demikian halnya. Alkitab dan ajaran Gereja selalu menyatakan bahwa Allah itu Esa (Ul 6:4; Mrk 12:32; Syahdat Panjang Katolik:”Aku percaya akan satu Allah”’). Yesus sendiri mengajarkan bahwa Allah itu Esa (Mrk 12::29). Jadi, Alkitab dan ajaran Gereja tetaplah mengajarkan monoteisme kepada kita. BAGAIMANA DAPAT DIMENGERTI ASAS TRITUNGGAL ITU ? Asas Tritunggal itu tidak bertentangan dengan akal budi (irasional), tetapi asas itu melampaui akal budi (a-rasional). Memang sulit, bahkan tidak mungkin untuk mengerti sesuatu yang diluar atau melampaui akal budi manusia. Oleh karena itu, tak dapat sekedarnya saja asas itu diterangkan secara tafor/kiasan. Ada orang yang berkata bahwa Allah Tritunggal itu dapat kita ilustrasikan dengan satu matahari yang sekaligus memiliki 3 hal, yaitu sesuatu yang bulat, sesuatu yang memberi terang bumi, dan sesuatu yang memberi panas di bumi. Sesuatu yang bulat itu ibaratkan adalah Bapa, lalu terang adalah Putra dan panas adalah Roh Kudus. Didalam Kitab Suci diceritakan bahwa umat beriman mengalami karya keselamatan, baik dari Bapa, Putra maupun dari Roh Kudus. Ketiganya mempunyai fungsi dan peranan sendiri di dalam karya keselamatan , tapi ketiganya pun memiliki kesamaan, yaitu keilahian-Nya. Didalam persamaan dan perbedaan itu terdapat relasi yang sempurna diantara ketiganya. Relasi inilah yang dirumuskan dalam bahasa Yunani yaitu hypostatis, dan diterjemahkan kedalam bahasa Latin ialah persona, yang dalam bahasa Indonesia berarti pribadi. Jadi istilah tiga pribadi dalam rumusan satu Allah tiga pribadi tidak pernah dimaksudkan sebagai tiga orang, sebagaimana yang sering dimengerti oleh kebanyakan orang. Demikianlah Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu adanya (Yunani:Ousia) tetapi tiga relasinya (yunani:hypostatis). tanya jawab syahadat iman katolik, alex i. suwandi, nix benyem

Minggu, 11 November 2012

Kerajaan Majapahit Selayang Pandang

Oleh : I Made Kusumajaya, dkk Sejarah Kerajaan masa Hindu Budha di daerah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 3 periode. Periode Pertama adalah raja-raja dan Kerajaan Kediri yang memermtah sejak abad ke 10 M hingga tahun 1222 M. Periode Kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dan masa Singosari yang memerintah dan tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode Ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dan tahun 1293 M hmgga awal abad ke 6 M. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada awalnya, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah Hutan Tarik. Karena di wilayah tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaan Raden Wijaya kemudian dinamakan Majapahit. Raden Wijaya memerintah dan tahun 1293 M hingga 1309 M. Tampuk pemerintahan kemudian digantikan oleh Kaligemet yang merupakan putra Raden Wijaya dengan Parameswari. Pada saat itu, usia Kaligemet masih relatif muda. Ia kemudian bergelar Jayanegara. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan. Pada akhirnya pada tahun 1328 M Jayanegara terbunuh oleh tabib pribadinya yang bemama Tanca. Roda kekuasaan kemudian diambil alih oleh Raja Patni kemudian mengundurkan diri sebagai raja dan menjadi pendeta Budha. Tampuk pemerintahan kernudian diserahkan ke anaknya yang bernama Tribhuana Wijayatunggadewi. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh patih Gajah Mada. Majapahit kemudian tumbuh menjadi negara yang besar dan termashyur baik di Kepulauan Nusantara maupun luar negeri. Pada tahui 1350 M, Tribuana Tunggadewi kemudian mengundurkan diri. Tampuk kekuasaan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bemama Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit kemudian mencapai masa keemasan hingga patih Gajah Mada meninggal pada tahun 1365 M. Terlebih ketika Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, negara Majapahit mengalami kegoncangan akibat konflik saudara yang saling berebut kekuasaan. Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Sementara itu, Wirabhumi yaitu putra Hayam Wuruk dan selir menuntut juga tahta kerajaan. Untuk mengatasi konflik tersebut, Majapahit kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu wilayah timur dikuasai oleh Wirabhumi dan wilayah Barat diperintah oleh Wikramawardhana bersama Kusumawardhani. Namun ketegangan di antara keduanya masih berlanjut hingga kemudian terjadi perang saudara yang disebut dengan “Paragreg” yang berlangsung dan tahun 1403 hingga 1406 M. Perang tersebut dimenangkan oleh Wikramawardhana yang kemudian menyatukan kembali wilayah Majapahit. Ia kemudian memerintah hingga tahun 1429M. Wikramawardhana kemudian diganti oleh putrinya yang bernama Suhita yang memerintah dari tahun 1429 hingga 1447M. Suhita adalah anak kedua Wikramawardhana dan selir. Selir tersebut merupakan putri Wirabhumi. Diharapkan dengan diangkatnya Suhita menjadi raja akan meredakan persengketaan. Ketika Suhita wafat, tampuk kekuasaan kemudian digantikan oleh Kertawijaya yang merupakan putra Wikramawardhana. Pemerintahannya berlangsung singkat hingga tahun 1451 M. Sepeninggalnya Kertawijaya, Bhre Pamotan kemudian menjadi raja dengan gelar Sri Raja Sawardhana dan berkedudukan di Kahuripan. Masa pemerintahannya sangat singkat hingga tahun 1453 M. Kemudian selama tiga tahun Majapahit mengalami “Interregnum” yang mengakibatkan lemahnya pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Pada tahun 1456 M, Bhre Wengker kemudian tampil memegang pemerintahan. Ia adalah putra Raja Kertawijaya. Pada tahun 1466, ia meninggal dan kemudian digantikan oleh Bhre Pandan Salas yang bergelar Singhawikramawardhana. Namun pada tahun 1468, Kertabumi menyatakan dirinya sebagai penguasa Majahit yang memerintah di Tumapel, sedangkan Singhawikramawardhana digantikan oleh putranya yang bemama Rana Wijaya yang memerintah dari tahun 1447 hingga 1519 M. Pada tahun 1478 M ia mengadakan serangan terhadap Kertabumi dan berhasil mempersatukan kembali kerajaan Majapahit yang terpecah-pecah karena perang saudara. Rana Wijaya bergelar Grindrawardana. Kondisi kerajaan Majapahit yang telah rapuh dari dalam dan disertai munculnya perkembangan baru pengaruh Islam di daerah pesisir utara Jawa, pada akhirnya menyebabkan kekuasaan Majapahit tidak dapat dipertahankan lagi. Perekonomian Masa Majapahit Tidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian yang produktif. Kondisi geografis daerah Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai sebuah perkotaan, tetapi juga mengindikasikan sebagai sebuah perkotaan agraris. Untuk. mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini. Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-yai Sheng-lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit yaitu Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan tersebut telah dikunjungi pedagang asing dari Arab Persia, Turki, India, dan Cina. Pedagang Majapahit tidak hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain seperti : Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka, hingga ke kepulauan Philippina. Beberapa daerah tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan termasuk kategori negeri yang menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran Tributari. Pedagang Majapahit membawa beras dan hasil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti keramik, tekstil, dan rempah rempah. Bukti clan kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya beberapa tinggalan arkeologis yang berasal dari luar seperti keramik porselin Cina, yang sebagian besar berasal dari dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan Keramik Thailand. Sepertinya, barang-barang tersebut termasuk yang digemari orang Majapahit. Selain pertukaran barang (sistem Tributari), mata uang juga telah digunakan dalam transaksi jual beli. Jenis mata uang ini antara lain uang lokal seperti uang gobog, dan uang Ma dari perak atau emas. Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming dan Qing juga berlaku di Majapahit. Dalam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti timbangan dan terakota dari batu juga telah dikenal. Religi dan Kesusastraan Kehidupan religius pada masa Majapahit telah memberikan andil yang besar dalam perkembangan peradaban manusia Majapahit. Semuanya itu terekam dan tersurat dalam karya-karya sastra yang sangat indah dan bermutu di antaranya seperti Kakawin Negarakertagama, Arjunawiwaha, Sutasoma, Lubdhaka, Writasanaya, dan Kunjarakama. Dalam Negarakertagama, Prapanca menuliskan bahwa terdapat 3 pejabat pemerintahan yang mengurusi agama yaitu Dharmadhyaksa Kasewan untuk agama Siwa, Dharmadhyaksa Kasogatan untuk agama Budha, dan Menteni Herhaji untuk aliran Karsyan. Pejabat-pejabat ini dibantu oleh Dharma-Upapati yang mengurusi sekte-sekte seperti Sivasiddhanta, dan Bhairawapaksa. Kehidupan religius Majapahit mencapai tahap perkembangan yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, yaitu adanya penyatuan antara agama Siwa-Budha. Pertemuan lintas agama tersebut terjadi pada tataran kebenaran tertinggi, tetapi dalam praktek ritual ibadah keduanya tetap terpisah. Paham raja sebagai titisan dewa yang dianut kerajaan dimanifestasikan dalam pembuatan arca perwujudan dari raja-raja yang telah wafat yang didharmakan dalam sebuah percandian. Di Kerajaan Majapahit juga berkembang agama Karesian yang dikembangkan dalam sekolah yang dipimpin para pendeta (rsi). Dasar ajarannya adalah sekte Sivasiddhanta, di mana meditasi dipandang sebagai cara untuk mencapai realitas yang absolut. Ajarannya berkembang dalam masyarakat dan bercampur dengan kepercayaan tradisioital yang asli. Ritusnya diwujudkan sebagai perjalanan menuju tingkat-tingkat kesempurnaan hidup. Mereka mengisolasi diri di gunung-gunung dan tempat sunyi sebagai rangkaian pengajaran. Meditasi dilakukan di berbagai pertapaan antara lain Gunung Penanggungan, gunung Arjuna dan Sukuh. Kehadiran Islam mewarnai ragam agama yang berkembang di Majapahit. Tidak kurang dari 30 nisan ditemukan di komplek kuburan Troloyo dan sekitarnya. Sebagian besar nisan memuat tanggal antara rentang waktu 1356-1475 M. Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa agama Islam telah ada ketika Majapahit berada di puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk. Majapahit telah menunjukkan sebagai negara yang terbuka, multikultur, dan masyarakat hidup dengan berbagai aliran keagamaan secara berdampingan. Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit Keagungan karya arsitektur masa Majapahit yang dapat disaksikan kini tidak lain merupakan cerminan dan kemampuan mewujudkan simbol dan spirit religius dewa-raja melalui perpaduan keunggulan teknologi rancang bangun dan kesenin. Sosoknya hadir dalam percandian yang dipersembahkan sebagai pendharmaan bagi raja, titisan Sang Dewa, yang mangkat. Kitab Negarakertagama menyebutkan 27 buah percandian, tetapi hanya beberapa diantaranya yang masih dapat kita kenali saat ini seperti Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Simping dan Bhayalango. Ciri yang menyertai percandian Majapahit adalah kaki candi yang tinggi bertingkat dengan tubuh candi dibalut bingkai melingkar, dan atap candi yang tinggi menyita pandangan. Kita juga mengenal arsitektur Majapahit dan bangunan Profan (bukan bersifat religius) seperti gapura, pertirtaan dan kolam. Potret arsitektur perkotaan Majapahit selintas tergambar dan sebuah kesaksian musafir Cina Ma Huan, si penulis Kitab Ying-Yai Sheng-Lan. Majapahit atau Man-Che-Po-i digambarkan sebagai tempat tinggal raja yang dikelilingi tembok bata. Keraton tampak seperti rumah bertingkat dan atapnya terbuat dari kayu tipis yang disusun seperti ubin keramik (sirap). Lantainya terbuat dari papan yang ditutupi anyaman tikar pandan atau rotan. Rumah penduduk biasa umumnya beratap jerami. Mereka memiliki peti dari batu yang dipakai untuk menyimpan harta milik. Berdasarkan berbagai sumber seperti relief candi di Jawa Timur dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bentuk arsitektur bangunan tinggal pada masa Majapahit. Pada masa awal diperkirakan konstruksi bangunan terbuat dari kayu yang berdiri di atas batur. Di dalam rumah tersebut belum terdapat pembatas ruangan secara permanen Penutup atapnya genteng. Bangunan seperti ini mungkin digunakan sebagai pendopo atau bale, tempat istirahat, dan tidur. Pada masa akhir Majapahit, rumah tinggal sudah memiliki pembatas. Berdasarkan berbagai sumber tertulis didapatkan pula gambaran mengenai tata ruang perkotaan Majapahit. Kota Majapahit berorientasi ke utara. Semua bagian penting berada di utara termasuk keraton. Pemukiman rakyat berada di sebelah selatan. Pola kota terbagi menjadi 9 zona yang dibatasi oleh jalan-jalan yang berpotongan. Tempat tinggal raja terletak di tengah, sedangkan bangunan suci berada di sebelah barat daya kota. Namun demikian, hanya dengan pengujian arkeologis kita dapat memastikan apakah pola seperti mi yang digunakan pada masa Majapahit. Di Situs Trowulan ditemukan pula jenis-jenis barang yang terbuat dan lempung bakar atau terakota dalam jumlah yang sangat melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota. Terakota Majapahit dan Situs Trowulan amat kaya ragamnya, di antaranya seperti unsur bangunan (bata, genteng, jobong sumur, pipa saluran), wadah (periuk, pasu, kendi, tempayan, boneka, vas bunga), ritus religi (sesaji, meterai), dan alat kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan, dan lampu (clupak). Sebagian besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat karena ditemukan alat produksinya yang berupa pelandas. Selain terakota, di Situs Trowulan banyak ditemukan juga berbagai benda yang terbuat dari bahan logam dan batu seperti genta, guci amerta dan arca, yang telah memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Peraturan Pada Masa Majapahit Untuk mengatur kehidupan rakyatnya, kerajaan Majapahit telah memiliki sejumlah peraturan yang terkumpul dalam kitab perundangundangan. Kitab tersebut berisi baik tentang hukum pidana maupun hukum perdata. Peraturan tersebut berlaku bagi setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 Kitab Agama yang berbunyi “Hamba raja mesti ia mentri sekalipun jika menjalankan dusta, corah dan tatayi akan dikenakan pidana pati”. Selain itu, menurut kitab perundang-undangan Majapahit pasal 259 dan 261 berbunyi” barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati”. Latar belakang peraturan ini kemungkinan disebabkan karena Hayam Wuruk sadar bahwa penggarapan sawah dan pemeliharaan ternak yang baik dapat mempengaruhi perekonomian rakyat dan negara. Struktur Pemerintahan Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap. Raja mempunyai banyak pembantu sebagai pelaksana. Hierarkhi pemerintahan kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut: 1. Raja; merupakan pemegang pucuk pimpinan kerajaan. 2. Tuwaraja/Kumararaja; jabatan yang diduduki oleh putra/putri raja. 3. Rakyan Mahamantri Katrini; dewan yang bertugas melaksanakan politik negara. 4. Rakyan Mahamantri ri Pakirankiran; dewan ini juga melaksanakan politik negara. 5. Dharmadyaksa; merupakan kepala bidang agama. 6. Dharmopapati; merupakan dewan yang juga mengurusi keagamaan. WHD. No. 506 Pebruari 2009. n1x4fu 2012.

Selasa, 30 Oktober 2012

Jangan Hanya Melihat Ke Atas

Tidak baik jika kita menutup-nutupi kelemahan dan kegagalan dengan banyak alasan. Terimalah, dan hadapilah kegagalan itu sebagai pengalaman dan pelajaran berharga, agar bisa jadi pedoman dan tuntunan untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan yang lebih berarti di kemudian hari. Kita tahu bahwa dunia ini selalu berputar. Adakalanya manusia ada di bawah, atau sebaliknya ada di atas. Ada orang bertanya kepada saya, bagaimana dengan kenyataan yang sering kita lihat begitu banyak orang-orang yang selalu di bawah? Bukankah mereka juga tinggal di bumi yang sama dengan orang-orang yang mampu dan kuat berada di atas? Sering kita lihat orang-orang yang sudah di atas malah semakin ke atas. Temanku, pandangan itu semua hanyalah ironi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada mereka yang sudah ada di atas. Kebanyakan di antara kita melihat mereka yang di atas selalu dari 'materi' atau jabatan. Namun percayalah, setiap orang mengalami pasang surut. Belajarlah dari orang-orang yang sudah ada di atas, dan orang-orang yang berada di bawah. Jangan hanya melihat ke atas. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari keduanya, yang bisa engkau jadikan bekal tuk menjadi pribadi yang luhur bijaksana, sukses lahir dan batin. Pepatah mengatakan: "Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika dia berdiri dan memberi perintah. Kebesaran seseorang akan terlihat ketika dia berdiri sama tinggi dengan orang lain, dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka untuk mencapai sukses" - Prof. G. Arthur Keough Janganlah suka cari alasan untuk menutupi kegagalan. Sebaliknya, carilah terus 'cara' untuk menggapai keberhasilan.

Komitmen Sejati...

Dalam sebuah hubungan agar bisa berjalan dengan lancar dibutuhkan sebuah komitmen yang besar. Bukan sekedar sebuah pernyataan bahwa Anda menyukai hubungan ini dan ingin menjalaninya. Sangat mudah untuk berkomitmen dalam hubungan ketika hubungan itu berjalan lancar, menyenangkan, atau memabukkan. Namun ketika hubungan itu mulai menemui masalah, tantangan, ganjalan, tidak sedikit yang berucap, "aku serius dengan hubungan kita, sayangnya hubungan ini tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan." Komitmen sejati dalam sebuah hubungan adalah ketika Anda mau berkorban di dalamnya. Sangat mudah untuk meminta pasangan untuk berubah, namun apakah Anda bisa berubah juga? Cobalah untuk berubah terlebih dahulu, lalu lihatlah bagaimana hal tersebut membawa perbedaan. Untuk membangun komitmen dalam sebuah hubungan diperlukan 3 hal yang sederhana namun tidak mudah dilakukan, yaitu: kerja keras, waktu, dan kejujuran. Niklous, sahabatku, maukah Anda melakukannya dalam hubungan Anda?

Melangkah dari Masa Lalu

Jika Anda mengalami trauma pada masa lalu yang begitu membekas. Trauma ini lantas Anda gunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan Anda saat ini. Anda terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan. Bila Anda tak bisa lepas dari trauma, maka coba tanyakanlah hal ini pada diri Anda: "Berapa banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa hidup saya? Siapa yang berkuasa disini, diri saya--ataukah trauma?" Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. Segala sesuatu di alam ini memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri. Beban berat masa lalu, dibawa dari hari ke hari. Berubah menjadi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup Anda sendiri. ingatlah hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu. Bila kita sibuk menghabiskan waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri. Saat kita merasa sedih dan putus asa, atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita. Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.

Manusia Terindah Adalah…

Kehidupan adalah panggung sandiwara, dan sandiwara itu sepenuhnya menceritakan tentang kehidupan umat manusia. Maka sepanjang jalan kehidupan kita, jangan pernah melakukan perbuatan jahat, atau melakoni peran yang konyol! "Kesuksesan hidup tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda dapatkan atau raih demi diri sendiri. Kesuksesan hidup berhubungan dengan apa yang Anda lakukan pada sesama (untuk orang lain)" - Danny Thomas Dalam hidup, orang tak akan peduli berapa banyak yang kita tahu, hingga mereka tahu berapa banyak kita peduli kepada mereka. Oleh sebab itu kita sering mendengar bahwa manusia terindah adalah manusia yang bermanfaat untuk saudaranya, dan orang lain. Seorang ulama mengatakan: "Janganlah engkau menunggu kaya untuk bersedekah, tapi bersedekahlah sekarang juga, maka engkau akan semakin kaya. Sumbangkanlah setiap kebaikan, berikanlah setiap kasih sayang, tunjukkanlah keakraban, bantulah mereka yang memerlukan" Mari kita belajar memberi manfaat untuk orang lain... sebelum diminta!