Minggu, 11 November 2012

Kerajaan Majapahit Selayang Pandang

Oleh : I Made Kusumajaya, dkk Sejarah Kerajaan masa Hindu Budha di daerah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 3 periode. Periode Pertama adalah raja-raja dan Kerajaan Kediri yang memermtah sejak abad ke 10 M hingga tahun 1222 M. Periode Kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dan masa Singosari yang memerintah dan tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode Ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dan tahun 1293 M hmgga awal abad ke 6 M. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada awalnya, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah Hutan Tarik. Karena di wilayah tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaan Raden Wijaya kemudian dinamakan Majapahit. Raden Wijaya memerintah dan tahun 1293 M hingga 1309 M. Tampuk pemerintahan kemudian digantikan oleh Kaligemet yang merupakan putra Raden Wijaya dengan Parameswari. Pada saat itu, usia Kaligemet masih relatif muda. Ia kemudian bergelar Jayanegara. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan. Pada akhirnya pada tahun 1328 M Jayanegara terbunuh oleh tabib pribadinya yang bemama Tanca. Roda kekuasaan kemudian diambil alih oleh Raja Patni kemudian mengundurkan diri sebagai raja dan menjadi pendeta Budha. Tampuk pemerintahan kernudian diserahkan ke anaknya yang bernama Tribhuana Wijayatunggadewi. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh patih Gajah Mada. Majapahit kemudian tumbuh menjadi negara yang besar dan termashyur baik di Kepulauan Nusantara maupun luar negeri. Pada tahui 1350 M, Tribuana Tunggadewi kemudian mengundurkan diri. Tampuk kekuasaan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bemama Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit kemudian mencapai masa keemasan hingga patih Gajah Mada meninggal pada tahun 1365 M. Terlebih ketika Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, negara Majapahit mengalami kegoncangan akibat konflik saudara yang saling berebut kekuasaan. Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Sementara itu, Wirabhumi yaitu putra Hayam Wuruk dan selir menuntut juga tahta kerajaan. Untuk mengatasi konflik tersebut, Majapahit kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu wilayah timur dikuasai oleh Wirabhumi dan wilayah Barat diperintah oleh Wikramawardhana bersama Kusumawardhani. Namun ketegangan di antara keduanya masih berlanjut hingga kemudian terjadi perang saudara yang disebut dengan “Paragreg” yang berlangsung dan tahun 1403 hingga 1406 M. Perang tersebut dimenangkan oleh Wikramawardhana yang kemudian menyatukan kembali wilayah Majapahit. Ia kemudian memerintah hingga tahun 1429M. Wikramawardhana kemudian diganti oleh putrinya yang bernama Suhita yang memerintah dari tahun 1429 hingga 1447M. Suhita adalah anak kedua Wikramawardhana dan selir. Selir tersebut merupakan putri Wirabhumi. Diharapkan dengan diangkatnya Suhita menjadi raja akan meredakan persengketaan. Ketika Suhita wafat, tampuk kekuasaan kemudian digantikan oleh Kertawijaya yang merupakan putra Wikramawardhana. Pemerintahannya berlangsung singkat hingga tahun 1451 M. Sepeninggalnya Kertawijaya, Bhre Pamotan kemudian menjadi raja dengan gelar Sri Raja Sawardhana dan berkedudukan di Kahuripan. Masa pemerintahannya sangat singkat hingga tahun 1453 M. Kemudian selama tiga tahun Majapahit mengalami “Interregnum” yang mengakibatkan lemahnya pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Pada tahun 1456 M, Bhre Wengker kemudian tampil memegang pemerintahan. Ia adalah putra Raja Kertawijaya. Pada tahun 1466, ia meninggal dan kemudian digantikan oleh Bhre Pandan Salas yang bergelar Singhawikramawardhana. Namun pada tahun 1468, Kertabumi menyatakan dirinya sebagai penguasa Majahit yang memerintah di Tumapel, sedangkan Singhawikramawardhana digantikan oleh putranya yang bemama Rana Wijaya yang memerintah dari tahun 1447 hingga 1519 M. Pada tahun 1478 M ia mengadakan serangan terhadap Kertabumi dan berhasil mempersatukan kembali kerajaan Majapahit yang terpecah-pecah karena perang saudara. Rana Wijaya bergelar Grindrawardana. Kondisi kerajaan Majapahit yang telah rapuh dari dalam dan disertai munculnya perkembangan baru pengaruh Islam di daerah pesisir utara Jawa, pada akhirnya menyebabkan kekuasaan Majapahit tidak dapat dipertahankan lagi. Perekonomian Masa Majapahit Tidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian yang produktif. Kondisi geografis daerah Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai sebuah perkotaan, tetapi juga mengindikasikan sebagai sebuah perkotaan agraris. Untuk. mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini. Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-yai Sheng-lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit yaitu Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan tersebut telah dikunjungi pedagang asing dari Arab Persia, Turki, India, dan Cina. Pedagang Majapahit tidak hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain seperti : Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka, hingga ke kepulauan Philippina. Beberapa daerah tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan termasuk kategori negeri yang menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran Tributari. Pedagang Majapahit membawa beras dan hasil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti keramik, tekstil, dan rempah rempah. Bukti clan kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya beberapa tinggalan arkeologis yang berasal dari luar seperti keramik porselin Cina, yang sebagian besar berasal dari dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan Keramik Thailand. Sepertinya, barang-barang tersebut termasuk yang digemari orang Majapahit. Selain pertukaran barang (sistem Tributari), mata uang juga telah digunakan dalam transaksi jual beli. Jenis mata uang ini antara lain uang lokal seperti uang gobog, dan uang Ma dari perak atau emas. Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming dan Qing juga berlaku di Majapahit. Dalam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti timbangan dan terakota dari batu juga telah dikenal. Religi dan Kesusastraan Kehidupan religius pada masa Majapahit telah memberikan andil yang besar dalam perkembangan peradaban manusia Majapahit. Semuanya itu terekam dan tersurat dalam karya-karya sastra yang sangat indah dan bermutu di antaranya seperti Kakawin Negarakertagama, Arjunawiwaha, Sutasoma, Lubdhaka, Writasanaya, dan Kunjarakama. Dalam Negarakertagama, Prapanca menuliskan bahwa terdapat 3 pejabat pemerintahan yang mengurusi agama yaitu Dharmadhyaksa Kasewan untuk agama Siwa, Dharmadhyaksa Kasogatan untuk agama Budha, dan Menteni Herhaji untuk aliran Karsyan. Pejabat-pejabat ini dibantu oleh Dharma-Upapati yang mengurusi sekte-sekte seperti Sivasiddhanta, dan Bhairawapaksa. Kehidupan religius Majapahit mencapai tahap perkembangan yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, yaitu adanya penyatuan antara agama Siwa-Budha. Pertemuan lintas agama tersebut terjadi pada tataran kebenaran tertinggi, tetapi dalam praktek ritual ibadah keduanya tetap terpisah. Paham raja sebagai titisan dewa yang dianut kerajaan dimanifestasikan dalam pembuatan arca perwujudan dari raja-raja yang telah wafat yang didharmakan dalam sebuah percandian. Di Kerajaan Majapahit juga berkembang agama Karesian yang dikembangkan dalam sekolah yang dipimpin para pendeta (rsi). Dasar ajarannya adalah sekte Sivasiddhanta, di mana meditasi dipandang sebagai cara untuk mencapai realitas yang absolut. Ajarannya berkembang dalam masyarakat dan bercampur dengan kepercayaan tradisioital yang asli. Ritusnya diwujudkan sebagai perjalanan menuju tingkat-tingkat kesempurnaan hidup. Mereka mengisolasi diri di gunung-gunung dan tempat sunyi sebagai rangkaian pengajaran. Meditasi dilakukan di berbagai pertapaan antara lain Gunung Penanggungan, gunung Arjuna dan Sukuh. Kehadiran Islam mewarnai ragam agama yang berkembang di Majapahit. Tidak kurang dari 30 nisan ditemukan di komplek kuburan Troloyo dan sekitarnya. Sebagian besar nisan memuat tanggal antara rentang waktu 1356-1475 M. Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa agama Islam telah ada ketika Majapahit berada di puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk. Majapahit telah menunjukkan sebagai negara yang terbuka, multikultur, dan masyarakat hidup dengan berbagai aliran keagamaan secara berdampingan. Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit Keagungan karya arsitektur masa Majapahit yang dapat disaksikan kini tidak lain merupakan cerminan dan kemampuan mewujudkan simbol dan spirit religius dewa-raja melalui perpaduan keunggulan teknologi rancang bangun dan kesenin. Sosoknya hadir dalam percandian yang dipersembahkan sebagai pendharmaan bagi raja, titisan Sang Dewa, yang mangkat. Kitab Negarakertagama menyebutkan 27 buah percandian, tetapi hanya beberapa diantaranya yang masih dapat kita kenali saat ini seperti Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Simping dan Bhayalango. Ciri yang menyertai percandian Majapahit adalah kaki candi yang tinggi bertingkat dengan tubuh candi dibalut bingkai melingkar, dan atap candi yang tinggi menyita pandangan. Kita juga mengenal arsitektur Majapahit dan bangunan Profan (bukan bersifat religius) seperti gapura, pertirtaan dan kolam. Potret arsitektur perkotaan Majapahit selintas tergambar dan sebuah kesaksian musafir Cina Ma Huan, si penulis Kitab Ying-Yai Sheng-Lan. Majapahit atau Man-Che-Po-i digambarkan sebagai tempat tinggal raja yang dikelilingi tembok bata. Keraton tampak seperti rumah bertingkat dan atapnya terbuat dari kayu tipis yang disusun seperti ubin keramik (sirap). Lantainya terbuat dari papan yang ditutupi anyaman tikar pandan atau rotan. Rumah penduduk biasa umumnya beratap jerami. Mereka memiliki peti dari batu yang dipakai untuk menyimpan harta milik. Berdasarkan berbagai sumber seperti relief candi di Jawa Timur dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bentuk arsitektur bangunan tinggal pada masa Majapahit. Pada masa awal diperkirakan konstruksi bangunan terbuat dari kayu yang berdiri di atas batur. Di dalam rumah tersebut belum terdapat pembatas ruangan secara permanen Penutup atapnya genteng. Bangunan seperti ini mungkin digunakan sebagai pendopo atau bale, tempat istirahat, dan tidur. Pada masa akhir Majapahit, rumah tinggal sudah memiliki pembatas. Berdasarkan berbagai sumber tertulis didapatkan pula gambaran mengenai tata ruang perkotaan Majapahit. Kota Majapahit berorientasi ke utara. Semua bagian penting berada di utara termasuk keraton. Pemukiman rakyat berada di sebelah selatan. Pola kota terbagi menjadi 9 zona yang dibatasi oleh jalan-jalan yang berpotongan. Tempat tinggal raja terletak di tengah, sedangkan bangunan suci berada di sebelah barat daya kota. Namun demikian, hanya dengan pengujian arkeologis kita dapat memastikan apakah pola seperti mi yang digunakan pada masa Majapahit. Di Situs Trowulan ditemukan pula jenis-jenis barang yang terbuat dan lempung bakar atau terakota dalam jumlah yang sangat melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota. Terakota Majapahit dan Situs Trowulan amat kaya ragamnya, di antaranya seperti unsur bangunan (bata, genteng, jobong sumur, pipa saluran), wadah (periuk, pasu, kendi, tempayan, boneka, vas bunga), ritus religi (sesaji, meterai), dan alat kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan, dan lampu (clupak). Sebagian besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat karena ditemukan alat produksinya yang berupa pelandas. Selain terakota, di Situs Trowulan banyak ditemukan juga berbagai benda yang terbuat dari bahan logam dan batu seperti genta, guci amerta dan arca, yang telah memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Peraturan Pada Masa Majapahit Untuk mengatur kehidupan rakyatnya, kerajaan Majapahit telah memiliki sejumlah peraturan yang terkumpul dalam kitab perundangundangan. Kitab tersebut berisi baik tentang hukum pidana maupun hukum perdata. Peraturan tersebut berlaku bagi setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 Kitab Agama yang berbunyi “Hamba raja mesti ia mentri sekalipun jika menjalankan dusta, corah dan tatayi akan dikenakan pidana pati”. Selain itu, menurut kitab perundang-undangan Majapahit pasal 259 dan 261 berbunyi” barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati”. Latar belakang peraturan ini kemungkinan disebabkan karena Hayam Wuruk sadar bahwa penggarapan sawah dan pemeliharaan ternak yang baik dapat mempengaruhi perekonomian rakyat dan negara. Struktur Pemerintahan Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap. Raja mempunyai banyak pembantu sebagai pelaksana. Hierarkhi pemerintahan kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut: 1. Raja; merupakan pemegang pucuk pimpinan kerajaan. 2. Tuwaraja/Kumararaja; jabatan yang diduduki oleh putra/putri raja. 3. Rakyan Mahamantri Katrini; dewan yang bertugas melaksanakan politik negara. 4. Rakyan Mahamantri ri Pakirankiran; dewan ini juga melaksanakan politik negara. 5. Dharmadyaksa; merupakan kepala bidang agama. 6. Dharmopapati; merupakan dewan yang juga mengurusi keagamaan. WHD. No. 506 Pebruari 2009. n1x4fu 2012.

Selasa, 30 Oktober 2012

Jangan Hanya Melihat Ke Atas

Tidak baik jika kita menutup-nutupi kelemahan dan kegagalan dengan banyak alasan. Terimalah, dan hadapilah kegagalan itu sebagai pengalaman dan pelajaran berharga, agar bisa jadi pedoman dan tuntunan untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan yang lebih berarti di kemudian hari. Kita tahu bahwa dunia ini selalu berputar. Adakalanya manusia ada di bawah, atau sebaliknya ada di atas. Ada orang bertanya kepada saya, bagaimana dengan kenyataan yang sering kita lihat begitu banyak orang-orang yang selalu di bawah? Bukankah mereka juga tinggal di bumi yang sama dengan orang-orang yang mampu dan kuat berada di atas? Sering kita lihat orang-orang yang sudah di atas malah semakin ke atas. Temanku, pandangan itu semua hanyalah ironi. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada mereka yang sudah ada di atas. Kebanyakan di antara kita melihat mereka yang di atas selalu dari 'materi' atau jabatan. Namun percayalah, setiap orang mengalami pasang surut. Belajarlah dari orang-orang yang sudah ada di atas, dan orang-orang yang berada di bawah. Jangan hanya melihat ke atas. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari keduanya, yang bisa engkau jadikan bekal tuk menjadi pribadi yang luhur bijaksana, sukses lahir dan batin. Pepatah mengatakan: "Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika dia berdiri dan memberi perintah. Kebesaran seseorang akan terlihat ketika dia berdiri sama tinggi dengan orang lain, dan membantu orang lain untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka untuk mencapai sukses" - Prof. G. Arthur Keough Janganlah suka cari alasan untuk menutupi kegagalan. Sebaliknya, carilah terus 'cara' untuk menggapai keberhasilan.

Komitmen Sejati...

Dalam sebuah hubungan agar bisa berjalan dengan lancar dibutuhkan sebuah komitmen yang besar. Bukan sekedar sebuah pernyataan bahwa Anda menyukai hubungan ini dan ingin menjalaninya. Sangat mudah untuk berkomitmen dalam hubungan ketika hubungan itu berjalan lancar, menyenangkan, atau memabukkan. Namun ketika hubungan itu mulai menemui masalah, tantangan, ganjalan, tidak sedikit yang berucap, "aku serius dengan hubungan kita, sayangnya hubungan ini tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan." Komitmen sejati dalam sebuah hubungan adalah ketika Anda mau berkorban di dalamnya. Sangat mudah untuk meminta pasangan untuk berubah, namun apakah Anda bisa berubah juga? Cobalah untuk berubah terlebih dahulu, lalu lihatlah bagaimana hal tersebut membawa perbedaan. Untuk membangun komitmen dalam sebuah hubungan diperlukan 3 hal yang sederhana namun tidak mudah dilakukan, yaitu: kerja keras, waktu, dan kejujuran. Niklous, sahabatku, maukah Anda melakukannya dalam hubungan Anda?

Melangkah dari Masa Lalu

Jika Anda mengalami trauma pada masa lalu yang begitu membekas. Trauma ini lantas Anda gunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan Anda saat ini. Anda terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan. Bila Anda tak bisa lepas dari trauma, maka coba tanyakanlah hal ini pada diri Anda: "Berapa banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa hidup saya? Siapa yang berkuasa disini, diri saya--ataukah trauma?" Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. Segala sesuatu di alam ini memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri. Beban berat masa lalu, dibawa dari hari ke hari. Berubah menjadi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup Anda sendiri. ingatlah hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu. Bila kita sibuk menghabiskan waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri. Saat kita merasa sedih dan putus asa, atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita. Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.

Manusia Terindah Adalah…

Kehidupan adalah panggung sandiwara, dan sandiwara itu sepenuhnya menceritakan tentang kehidupan umat manusia. Maka sepanjang jalan kehidupan kita, jangan pernah melakukan perbuatan jahat, atau melakoni peran yang konyol! "Kesuksesan hidup tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda dapatkan atau raih demi diri sendiri. Kesuksesan hidup berhubungan dengan apa yang Anda lakukan pada sesama (untuk orang lain)" - Danny Thomas Dalam hidup, orang tak akan peduli berapa banyak yang kita tahu, hingga mereka tahu berapa banyak kita peduli kepada mereka. Oleh sebab itu kita sering mendengar bahwa manusia terindah adalah manusia yang bermanfaat untuk saudaranya, dan orang lain. Seorang ulama mengatakan: "Janganlah engkau menunggu kaya untuk bersedekah, tapi bersedekahlah sekarang juga, maka engkau akan semakin kaya. Sumbangkanlah setiap kebaikan, berikanlah setiap kasih sayang, tunjukkanlah keakraban, bantulah mereka yang memerlukan" Mari kita belajar memberi manfaat untuk orang lain... sebelum diminta!

Melepas Amarah, Meraih Keikhlasan

Terus memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada seseorang, Andalah yang akan terbakar"- Sidharta Gautama Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi Anda kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja, atau atasan di kantor bercokol lama di hati kita. Kekesalan, amarah dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat Anda menerima apa yang Anda berikan. Bila kesal pada pasangan atau ada kawan yang mengingkari janji, lalu Anda menyalahkan mereka atas kekacauan semua itu, maka Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang dipersalahkan itu. Kembalinya keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang Anda salahkan, tetapi sejatinya Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang Anda salahkan itu. Ikhlaskanlah, maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih fokus terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya akan menghabiskan energi positif. "Jika saya mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan" - Tao Te Ching Semoga Tuhan mengaruniai sabar yang tak terbatas dan ikhlas yang tak bertepi untuk kita semua, sehingga apapun rintangan dan cobaan yang dilalui akan terasa lebih ringan. :-)

Harga Sebuah Perubahan

"Bukan yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan juga yang paling pintar. Yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan." - Charles Darwin Untuk bertumbuh, Anda perlu melakukan perubahan. Suatu perubahan selalu menuntut pengorbanan Anda. Baik itu keuangan, waktu, energi atau kreativitas. Kenyataannya, perubahan tanpa pengorbanan bukanlah perubahan yang sebenarnya! Sebagian orang ada yang menganggap perubahan adalah pertumbuhan, sebagian lagi ada yang beranggapan perubahan adalah penderitaan. Jika Anda memandang perubahan itu sebagai pertumbuhan, apapun itu pengorbanannya walaupun membuat Anda lebih sedikit menderita, ingat saja pada hasil akhirnya. Seekor ulat harus berjuang dalam kepompong sebelum menjadi kupu-kupu cantik. Sebuah mutiara pun dihasilkan dari pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang yang halus. Untuk menghasilkan mutiara cantik yang berharga ini, sebuah kerang harus menahan sakit yang luar biasa. Jika Anda ingin merombak keadaan yang telah mapan, pakar manajemen Tom Peters memberikan nasihatnya, "Jangan guncang perahunya. Tenggelamkan dan mulailah bangun yang baru." Kadang-kadang Anda harus keluar dari zona aman dan memusnahkan yang lama untuk mendapatkan sesuatu yang baru dan lebih baik. Jangan biarkan Anda lumpuh oleh ide-ide perubahan. Beradaptasilah. Lihatlah sebagai peluang yang lebih menguntungkan.

Sikap Anda Adalah Aset Terpenting

Kelemahan sikap menjadi kelemahan karakter - Albert Einstein Sikap atau attitude Anda adalah kendaraan untuk mencapai potensi Anda sepenuhnya. Robert Hall International, sebuah perusahaan konsultan di San Francisco, meminta para vice president dan direktur-direktur sumber daya manusia dari 100 perusahaan terbesar di Amerika untuk menyebutkan satu alasan utama mereka memecat seorang pekerja. Jawabannya sangat menarik dan menggarisbawahi sikap dalam dunia bisnis: - Tidak kompeten : 30% - Ketidakmampuan bekerja sama dengan pekerja lain : 17% - Ketidakjujuran atau berdusta : 12% - Sikap negatif : 10% - Kurang motivasi : 7% - Kegagalan atau menolak mengikuti perintah : 7% - Alasan lain-lain: 8% Walaupun peringkat satu adalah kompetensi, tetapi alasan terbanyak adalah masalah sikap (tidak jujur, negatif, kurang motivasi, dll). Selain itu, The Carnegie Institute menganalisis catatan 10.000 orang dan menyimpulkan bahwa 15% kesuksesan berkaitan dengan pelatihan teknis dan 85% selebihnya adalah masalah kepribadian dan sikap. Sikap kita menentukan apa yang kita lihat dan bagaimana kita menangani perasaan kita. Menurut John C. Maxwell, dua faktor ini sangat menentukan kesuksesan kita. Karena itu, pastikan sikap Anda menjadi aset terbesar Anda, bukan kewajiban terbesar Anda.

Karakter & Kepemimpinan

"Kebanyakan orang mengatakan intelektualitaslah yang membuat seorang ilmuwan hebat. Mereka salah, yang membuatnya hebat adalah karakter" - Albert Einstein Jenderal H. Norman Schwarzkopf pernah mengatakan, "Kepemimpinan adalah kombinasi yang sangat kuat dari strategi dan karakter. Namun jika harus memilih salah satunya, pilihlah karakter." Karakter dan kredibilitas selalu berjalan bersama. Kepemimpinan tanpa kredibilitas cepat atau lambat akan hancur. Lihat saja kepemimpinan yang diguncang oleh skandal korupsi, sex atau hak asasi manusia, seperti yang terjadi pada mantan presiden Amerika, Richard Nixon, Bill Clinton atau para petinggi perusahaan Enron yang memanipulasi data keuangannya. Karakter membuat kita dipercaya dan rasa percaya membuat kita bisa memimpin. Seorang pemimpin tidak pernah membuat komitmen kecuali ia melaksanakannya dan ia benar-benar melakukan segalanya untuk menunjukan integritas, sekalipun hal itu tidak nyaman baginya. Seorang pemimpin berkarakter kuat akan dipercayai banyak orang. Mereka mempercayai kemampuan pemimpin tersebut untuk mengeluarkan kemampuan mereka yang tertahan. Jika seorang pemimpin tidak memiliki karakter yang kuat, ia tidak mendapatkan respek dari pengikutnya. Respek diperlukan bagi sebuah kepemimpinan yang bertahan lama. Seorang pemimpin memperoleh respek dengan mengambil keputusan yang berani dan mengakui kesalahannya. Ia juga lebih mendahulukan kepentingan terbaik pengikut dan organisasi dibandingkan kepentingan pribadinya. Kepercayaan adalah dasar kepemimpinan. Rusak kepercayaan, berakhir pulalah sebuah kepemimpinan.

Memimpin Adalah Mendengarkan

"Kepemimpinan bagi saya berarti tugas, kehormatan dan negara. Itu berarti karakter dan itu berarti mendengarkan dari waktu ke waktu" - George W. Bush Kebanyakan orang cenderung lebih senang membicarakan dirinya sendiri dibandingkan mendengarkan. Hanya orang-orang berpengaruh yang memahami nilai luar biasa jadi pendengar yang baik. Seperti yang dikatakan senator Amerika Serikat, Lyndon B. Johnson, Anda tidak akan pernah belajar apa-apa jika Anda terus bicara. Kemampuan mendengarkan secara cerdas merupakan kunci untuk dapat mempengaruhi orang lain. Mendengarkan memberikan manfaat dalam membangun hubungan, meningkatkan pengetahuan, membangkitkan ide, membangun loyalitas dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain. Sekilas mendengarkan orang lain tampak hanya menguntungkan mereka, tetapi dengan menjadi pendengar yang baik, Anda sebenarnya menempatkan diri pada posisi membantu diri sendiri. Melalui mendengarkan, Anda memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang lebih kuat, mengumpulkan informasi berharga dan meningkatkan pemahaman Anda mengenai diri sendiri dan orang lain. Herb Cohen, seorang negosiator terbaik dunia mengatakan: "Mendengarkan secara efektif membutuhkan lebih dari sekedar mendengarkan kata-kata yang disampaikan orang. Mendengarkan menuntut Anda menemukan makna dan pemahaman atas apa yang sedang dikatakan. Lagi pula, makna bukan terletak di dalam kata-kata, melainkan di dalam seseorang." Jadilah pendengar baik, sebelum menjadi pembicara yang baik. :-)

Bersikap Terbuka & Selalu Tampak Gembira

"Jadilah orang yang gembira. Jangan memikirkan kegagalan hari ini, tapi pikirkan sukses yang mungkin datang di hari esok. Anda bisa jadi mendapatkan tugas yang sulit, tapi Anda akan sukses jika tekun dan gigih, dan merasakan kesenangan dalam mengatasi hambatan. Ingatlah, tidak ada hal yang sia-sia untuk meraih sesuatu yang indah" - Helen Keller temanku yang sangat perhatian... Perilaku dan kebiasaan yang kita tunjukkan sehari-hari akan menentukan ke mana kita akan berada nantinya. Orang yang selalu tertutup dan tidak pernah merasa gembira dalam hidupnya, maka ia adalah orang yang paling malang. Bukanlah mobil mewah, uang banyak, jabatan tinggi dan kecantikan yang membuat seseorang bahagia. Kebahagiaan, kegembiraan dan keceriaan, semua itu datang dari dalam diri, dan hati kita masing-masing. Bersikap terbukalah pada orang lain, maka mereka akan lebih menghargai kita. Berpikirlah selalu positif, maka itu akan membuat kita menjadi lebih rileks dan jauh dari khawatir. Tebarkan senyuman, dan ramah pada setiap orang, itu akan mencerminkan pribadi yang kita miliki. Niklous yang ranum hatinya, tidak pernah salah jika engkau ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan selalu tampak gembira. :-)

Kisah Tukang Kayu

Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kepada mandornya. Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yang handal yang ia miliki dalam timnya. Namun ia juga tidak bisa memaksa. Sebagai permintaan terakhir sebelum tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya. Dengan berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata karena ia sudah berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tidak dengan segenap hati. Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, "Kerjakanlah dengan yang terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada." Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya. Saat rumah itu selesai. Sang mandor datang untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, "Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu!" Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya, ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan. Inilah refleksi hidup kita! Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini. Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dengan segenap hati dan bijaksana. Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihanmu di masa lalu. Masa depanmu adalalah hasil dari keputusanmu saat ini. //////////////////////////////////////// Niklous

Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah?

Mati adalah awal kehidupan. Hidup adalah pangkal kematian. Hidup dan mati, datang silih berganti, tidak ada yang kekal abadi. Itulah hukum alam yang hakiki. Oleh sebab itu, jangan takut mati, jangan mencari mati. Selama hidup, lebih baik bersegeralah perbanyak kebaikan, syukuri diri dalam keadaan apapun, dan tahu diri di manapun. Bebas, lepas, tidak terikat dan melekat, cerah ceria, berpikir optimis dan positif setiap saat, insyaallah hidup senang, mati tenang. :-) //////////////////////////////////////// Kisah Nyata... Pagi itu seorang pria menjalani rutinitasnya seperti biasa. Sebagai seseorang yang mempunyai relasi luas dan sibuk, ia selalu menyempatkan diri untuk membaca kolom pengumuman termasuk juga kolom berita kematian. Tiba-tiba matanya membaca sebuah berita, berita yang sangat mengejutkan dan membuat bulu kuduknya merinding. Ia sedang membaca berita kematiannya sendiri. Pria ini terhenyak, ia lalu bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia masih hidup? Apakah saat ini ia ada di dunia atau di alam baka? Saat ia menyadari bahwa ada sebuah kesalahan dalam berita ini, mungkin karena memiliki nama yang sama, pastilah redaksi koran ini telah melakukan kesalahan. Namun karena rasa penasaran ia pun melanjutkan membaca berita tersebut. Ia ingin tahu apa tanggapan orang mengenai dirinya. Dalam artikel itu ia disebut dengan panggilan 'raja dinamit' telah wafat. Pada bagian lain ia juga disebut sebagai 'partner dewa kematian'. Ia terkejut bukan kepalang, apakah seperti ini dirinya akan dikenang oleh orang-orang? Kejadian ini membuka pikirannya, ia lalu memutuskan bahwa ia tidak ingin dikenang seperti itu. Ia bertekad mulai saat itu juga ia akan berjuang demi kedamaian dan kemanusiaan. Begitulah akhirnya, pria yang bernama Alfred Nobel ini dengan tekadnya ia berusaha hingga pada akhirnya namanya diabadikan dalam hadiah perdamaian--yaitu Nobel Prizes. Bagaimana dengan Anda? Seperti apa Anda ingin dikenang oleh orang-orang yang Anda tinggalkan? Warisan apa yang akan Anda sumbangsihkan demi mashlahat umat banyak? Apakah orang-orang akan mengingat Anda dengan penuh cinta dan rasa hormat? Mari kita bersegera lakukan sebanyak kebaikan, mulai hari ini, detik ini, saat ini juga.

Bicarakan Ide - Bukan Gosip!

"Siapapun yang bergosip padamu, akan bergosip tentang dirimu"- Pepatah Spanyol Anda pasti pernah mendengar pepatah ini; bahwa orang-orang besar senang berbicara tentang ide-ide, sementara orang biasa-biasa suka berbicara tentang diri mereka sendiri dan orang-orang kecil suka berbicara tentang orang lain. Itulah gosip. Gosip membuat orang menjadi kecil. Tidak ada sesuatu yang bisa ditawarkan dalam gosip. Gosip hanya mengurangi kredibilitas orang membicarakan dan yang dibicarakan serta bisa menghancurkan orang yang mendengarkan. Berhenti menyebarkan gosip dan menjadi penerima gosip. Jika Anda menghentikan gosip yang diteruskan hanya sampai pada Anda, Anda akan memperbaiki kehidupan orang lain dan diri Anda lebih baik lagi. Lagipula, orang yang menceritakan gosip pada kita, biasanya akan menggosipkan kita juga. Orang yang memiliki integritas tidak suka mengumbar omongan tentang orang lain di belakangnya. Jika memiliki masalah dengan seseorang, ia lebih baik mendatangi orang tersebut dan membicarakan masalahnya, tidak pernah melalui orang ketiga. Mereka juga akan memuji orang secara terbuka dan mengkritik orang secara pribadi. Jika Anda adalah orang besar, berhentilah membicarakan orang lain dan mari membicarakan ide-ide besar yang bisa mengubah dunia! :-)

Ambisi & Mimpimu Adalah Samudra!

"Aku peringatkan kalian terhadap kata 'nanti', karena kata ini telah banyak menjebak para pelaku untuk terhalang dari kebaikan dan menunda-nunda proses perbaikan diri" - Ulama temanku yang tegar dan berani... Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan jika kita tidak memulainya sekarang dan hanya menunggu. Curahkanlah seluruh tenaga dan pikiran untuk melakukan pekerjaan dan kesempatan yang bisa dilakukan saat ini. Lakukanlah tugas sebaik-baiknya selama kita memiliki waktu. Jangan membiarkan waktu berlalu, dan sia-sia. Ambisi dan mimpimu adalah samudra. Meski kadang terjadi pasang surut, tapi takkan pernah surut airnya. Oleh sebab itu, bersemangatlah selalu, meski perkerjaannya sekecil apapun. Jangan pernah menunda-nunda apa yang bisa dilakukan hari ini. Ingatlah, engkau insan manusia yang luar biasa! Hindari selalu menunggu motivasi untuk bergerak, tetapi bergeraklah sekarang juga, dan dirimu akan termotivasi dengan sendirinya! Setiap insan manusia dilahirkan luar biasa. Kita semua sebenarnya diberi kemampuan dan potensi yang besar dan hebat. Oleh sebab itu, kembangkanlah setiap potensi yang ada semaksimal mungkin, dan gunakan dengan tepat, agar bermanfaat bagi sebanyak umat.

Sosok Yang Tegar & Berani…

Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila dihadapi dengan tenang, dan bijak serta berjuang terus pantang mundur, dan diiringi doa yang tulus! Setiap tantangan dan rintangan adalah cambuk untuk memotivasi kita mencapai kemajuan dan kemenangan. Pepatah mengatakan: "Kehidupan bukanlah jalan yang lurus dan mudah dilalui di mana kita bisa bepergian bebas tanpa halangan. Kehidupan seringkali berupa jalan-jalan sempit yang menyesatkan, di mana kita harus mencari jalan, tersesat dan bingung! Sering rasanya sampai pada jalan tak berujung. Namun, jika kita punya keyakinan Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan, pintu pasti akan dibukakan untuk kita. Mungkin bukan pintu yang selalu kita inginkan, namun pintu yang akhirnya akan terbukti, terbaik untuk kita!" - A.J. Cronin Saat kita menjelang dewasa, hidup memang tidak selalu indah. Lihatlah, langit pun tak selalu cerah, suram malam kadang tak berbintang. Itulah lukisan alam. Itulah aturan Tuhan. Hidup adalah belajar. Belajar untuk menyelesaikan setiap teka-teki yang sudah disiapkan oleh-Nya untuk kita. Yang terpenting adalah, dalam kondisi apapun, lakukanlah selalu yang terbaik yang kita bisa. Seberat apapun masalahmu kawan, sekelam apapun beban dalam hidupmu, janganlah engkau berlari, apalagi sembunyi! Temuilah Dia dengan lapang dada dan bersihnya hati. Yakinlah, dengan KESABARAN, kita akan bisa bertahan dari segala badai cobaan. Saat engkau mendapati masalah, yakinlah, sebenarnya engkau tengah dipersiapkan-NYA tuk menjadi sosok yang tegar & berani. Jika tulisan di atas dirasa bermanfaat, tolong beritahu teman-teman alamat ini: http://www.AnneAhiraNewsletter.com - Gratis! :-)

Memaknai Arti Kehilangan

Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya, sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan meletakkannya di dalam kamar. Setiap hari, dia menangisi suaminya yang telah menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian suaminya, maka tidak ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya. Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut, dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal dunia sama sekali. Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia berkeliling ke semua tetangga dan berbagai penjuru tempat. Setiap rumah memiliki bumbu dapur yang diminta oleh si orang bijak, tapi setiap rumah mengaku pernah mengalami musibah ditinggal mati oleh kerabatnya. Entah itu orang tua, suami, nenek, kakek, adik, bahkan ada yang anaknya sudah meninggal. Waktu berjalan dan tidak ada satu pun rumah yang didatanginya bisa memenuhi syarat yang dibutuhkan. Hal ini menjadikan wanita tersebut sadar, bahwa bukan hanya dirinya yang ditinggal mati oleh orang yang disayanginya. Akhirnya, dia kembali mendatangi si orang bijak dan menyatakan pasrah akan kematian suaminya. Hingga kemudian dia menguburkan mayat suaminya, dan menyadari bahwa semua orang pasti pernah mengalami masalah sebagaimana yang dihadapinya. Pesan dari kisah di atas adalah, jangan pernah menganggap bahwa masalah yang ada pada kita merupakan masalah yang paling besar, sehingga kita mengorbankan waktu hanya untuk terus meratapi musibah tersebut. Yakinlah, bahwa semua orang di dunia ini pernah mengalami musibah, apapun bentuknya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapi masalah yang ada pada dirinya. :-)

Agar tidak lagi ada penyesalan…

Setiap orang memiliki berbagai peran dalam hidupnya. Sesederhana apapun orang itu. Setiap orang tidak mungkin memiliki hanya satu peran. Peran sebagai anak, ibu, ayah, anggota masyarakat, karyawan, organisasi, terlebih lagi, peran sebagai hamba-Nya. Siapapun pastinya pula mengharap yang terbaik pada setiap perannya. Sayangnya, kita memiliki banyak keterbatasan, baik terbatas waktu, tenaga, finansial dan sebagainya. Tidak jarang kita temui, orang-orang yang sukses dalam satu peran, namun gagal di peran yang lain. Misalnya saja, ia seorang Pimpinan Perusahaan yang hebat, namun rumah tangganya berantakan. Atau, dia seorang aktivis yang pintar, namun jarang masuk kuliah, dan nilainya mengkhawatirkan. Nah, bagaimanakah kita menempatkan peran-peran kita dengan sebaik-baiknya? Pandailah membuat skala prioritas Misalnya saja, ketika kita berada di tempat kerja, maka optimalkan peran kita sebagai karyawan. Namun, saat kita berada di rumah, maka berperanlah sebagai anggota keluarga yang baik. Berilah waktu untuk orang-orang yang Anda cintai Sebelum kita menyesal, maka berilah perhatian pada orang-orang yang kita cintai. Jangan kalahkan kepentingan mereka dengan target-target kesuksesan yang kita buat. Karena, sesungguhnya energi cinta dari mereka lah yang tetap membuat kita tetap semangat untuk meraih sukses itu sendiri. Jangan pernah lupa memanjakan diri! Sesibuk apapun kita, sesekali memanjakan diri sendiri tidak ada salahnya. Memforsir diri terlalu berlebih akan mengantarkan kita pada stress bahkan depresi. Luangkan waktu untuk diri sendiri. Dengarkan musik, berolahraga, pergi ke salon, membaca buku, lakukan apa yang Anda senangi dan positif akan merilekskan diri Anda! Buatlah perencanaan dengan realistis Setiap kita pastinya menginginkan sukses dengan segera. Namun, berusahalah untuk tetap realistis. Jika Anda memiliki 10 prioritas pencapaian pada satu hari, maka jika terpenuhi 3 teratas saja itu sudah cukup baik. Penghargaan pada diri sendiri Apapun yang sudah Anda pilih dalam hidup Anda, maka itulah yang terbaik. Anda tidak perlu menyesali, meski itu kegagalan. Justru, kita bisa belajar banyak dari kegagalan, dan tahu cara melakukan segalanya dengan lebih baik. Okay, saatnya kembali mengevaluasi bagaimana Anda telah berperan selama ini. Apakah ada peran tertentu yang Anda telantarkan? Adakah orang-orang yang seharusnya Anda beri perhatian, namun luput karena tersibukkan oleh satu fokus saja? Apapun itu, masih ada waktu untuk mengubah segalanya agar lebih baik. Tentu saja hanya dengan satu alasan, agar tidak lagi ada penyesalan...

Catatan kecil untuk temanku: Niklous...... "Andai Waktu Bisa Terulang".

Jika ada sesuatu yang sangat berharga, maka itu adalah waktu. Siapapun orangnya, tidak akan bisa mengulang setiap waktu yang sudah terlewatkan. Tidak peduli seberapa kaya orang itu, seberapa penting jabatannya, waktu tidak mau diajak kompromi. Ia akan terus berjalan. Tidak peduli apakah orang-orang mampu melewatinya dengan menyenangkan, atau sebaliknya. Setiap orang, dimanapun ia berada, memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Tidak ada yg mendapatkan lebih, meski hanya satu menit saja. Semua sama. Tidak kurang, tidak lebih. Jika kemudian waktu bisa terulang, tentu kita semua mengharap melakukan hal-hal yang baik saja. Memperbaiki kesalahan yang pernah kita lakukan. Sayangnya, waktu memang tidak akan pernah bisa terulang. Teman, untuk mencapai segala macam kesempurnaan, memang selalu dibutuhkan proses 'trial and error". Oleh sebab itu, jika kemarin atau hari ini Anda melakukan kesalahan, carilah kesempatan untuk memperbaikinya. Jika kita gagal melakukan sesuatu hal, bukan berarti itu akhir segalanya. Belajarlah dari kesalahan, dan berusahalah untuk tidak mengulanginya. Belajarlah memaafkan diri sendiri & memaafkan orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna! Yang lalu biarlah berlalu. Mungkin akan menjadi pengalaman selama hayat. Bagaimanapun diri Anda di masa lalu, itu tidaklah penting. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana diri Anda di masa depan! Keep fight! :-) dari temanmu, Ahira

Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...

Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya. Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples mayones kosong yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian dia berkata pada para muridnya, apakah toples itu sudah penuh? Mahasiswa menyetujuinya. Kemudian professor mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf. Kemudian dia bertanya pada para muridnya, Apakah toples itu sudah penuh? Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh. Selanjutnya profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples... Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh? Para murid dengan suara bulat berkata, "Yaa!" Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir. Para murid tertawa... "Sekarang," kata profesor ketika suara tawa mereda, "Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu." "Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting - Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat. Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh." "Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil." "Pasir adalah hal-hal yang lainnya - hal-hal yg sepele." "Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples," lanjut profesor, "Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu." "Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian" "Jadi..." "Berilah perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu. Luangkan waktu untuk check up kesehatan. Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah, dan memperbaiki mobil atau perabotan." "Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf - Hal-hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya." Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kalau Kopi yg dituangkan tadi mewakili apa?" Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat" :-) --------------------- Tulisan di atas disari dari "google bottle".

Senin, 27 Februari 2012

Presiden Didesak Selamatkan Situs Muarajambi

Sejumlah ahli arkeologi dan aktivis budaya mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyelamatkan kawasan Percandian Muarajambi di Provinsi Jambi, yang terancam rusak akibat industri batubara dan sawit. Sebagai sebuah peninggalan budaya dari masa Sriwijaya, Muarajambi memiliki nilai penting yang mengungkap peran Nusantara dalam peradaban global, terutama dalam edukasi.

Menurut ahli arkeologi, Junus Satrio Atmodjo, kawasan percandian Muarojambi pernah menjadi pusat pendidikan agama Buddha, selain Nalanda di India. Sebagai bagian dari jalur maritime silk road, kawasan ini pun memiliki peran penting di bidang perdagangan dan diplomasi.

"Ini menjadi bukti, situs ini pernah menjadi bagian dari peradaban global. Pada masanya sudah sangat maju," kata Junus Satrio, 9 Februari 2011.

Sejumlah sisa bangunan dan struktur bangunan juga memperlihatkan kebesaran situs ini. Tersebar di sepanjang sungai Batanghari, kawasan percandian seluas 2.612 hektar ini memperlihatkan tingkat keahlian di bidang arsitektur bangunan, juga lanskap permukiman.

"Ini monumental works. Sejumlah bangunan-bangunan terlihat megah di masa itu ketika kita susuri sungai Batanghari," ucap arkeolog senior, Moendardjito.

Namun, situs yang juga dianggap sebagai universitas tertua di dunia ini kini terancam oleh industri. Setidaknya ada enam perusahaan stockpile batubara, satu perusahaan Crude Palm Oil, dan 1 perkebunan sawit mengancam kelestarian situs ini.

"Ini bahaya, karena batubara tidak bisa diresap tanah," ucap Junus. Tak hanya itu, Junus juga mengungkap salah satu tembok bangunan pernah dibuldozer, akibat kepentingan industri.

Terancamnya kawasan percandian Muarojambi dinilai sebuah ironi, sebab saat Badan PBB UNESCO meninjau kawasan ini, UNESCO menilai Muarojambi layak untuk dijadikan World Heritage.

Karena itu, menurut Mundardjito, perlu dilakukan perlindungan fisik dan perlindungan hukum terhadap situs ini. "Tidak hanya bangunan, tapi juga keseluruhan kawasan," ucapnya.

Karena itu, petisi pun dilayangkan oleh aktivis budaya kepada Presiden, mendesak penyelamatan situs ini. Apalagi, Presiden SBY pernah menjadikan Muarojambi sebagai kawasan wisata sejarah terpadu, pada 22 September 2011 silam.

Petisi menuntut SBY untuk mengukuhkan kawasan percandian Muarajambi sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi UU Cagar Budaya no 11 tahun 2010 dan  menetapkan kawasan ini sama sebagai Kawasan Strategik Nasional berdasarkan UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Tak hanya itu, sejumlah perusahaan yang beroperasi di situs itu pun didesak untuk segera menghentikan aktivitasnya, karena mengancam kelestarian situs. Ini perlu dilakukan agar kawasan ini bisa masuk sebagai World Cultural Heritage oleh UNESCO.

Sejumlah aktivis budaya yang ikut menandatangani petisi ini antara lain penyanyi Trie Utami, penulis Ayu Utami, , analis Lin Che Wei, juga arsitek Marco Kusumawijaya.  (eh)

Studi: Kelainan Otak Penyebab Ketergantungan Obat

Para ilmuan di Universitas Cambridge mengatakan, kelainan pada otak membuat beberapa orang lebih cenderung menjadi pencandu narkotika. Penelitian menemukan adanya perbedaan di otak pencandu dan saudara kandung mereka yang tidak memiliki masalah ketergantungan obat.

Sejumlah pakar mengatakan, saudara kandung yang tidak kecanduan obat bisa membantu proses penyembuhan ketergantungan narkotika melalui "pengendalian diri." Hasil riset ini menguatkan temuan sebelumnya bahwa otak pencandu narkotika berbeda dari otak 'normal'. Namun, saat itu para ahli belum mengetahui secara pasti apakah narkotika mengubah sistem otak atau apakah otak pencandu memang sudah berbeda dari awal.

Dalam studi kali ini, tim Universitas Cambridge membandingkan otak 50 pencandu kokain dengan otak saudara-saudara kandung mereka yang tidak pernah bersentuhan dengan narkotika. Baik pencandu dan saudara mereka yang bukan pencandu memiliki kelainan yang sama di sistem fronto-striatal yang mengendalikan perilaku.

Kesimpulan dari temuan ini adalah otak mereka secara genetis memang sudah "diatur" untuk mendorong kecenderungan ketergantungan narkotika. Ketua tim peneliti Dr Karen Ersche mengatakan pada BBC, "Penelitian ini menunjukkan kecanduan obat bukan pilihan gaya hidup, tapi lebih pada gangguan otak dan kita harus menyadari hal ini."

Sedangkan saudara-saudara kandung si pencandu tidak memiliki masalah ketergantungan obat karena "mereka dapat mengendalikan diri dalam kehidupan sehari-hari," kata Dr Karen Ersche.

Dr Paul Keedwell, psikiater konsultan di Universitas Cardiff mengatakan, "Kecanduan, seperti banyak gangguan psikiatris lainnya, adalah akibat dari sifat bawaan dan pola pengasuhan. Kita harus mengikuti perkembangan hidup seseorang selama beberapa waktu untuk menghitung risiko relatif antara sifat bawaan dan pengasuhan."

Tetapi ada teori lain yang mengatakan, ada kemungkinan kesamaan otak pencandu dan saudara-saudaranya bukan sekadar genetik, tapi karena mereka dibesarkan di keluarga yang sama. Meski demikian, banyak spesialis meyakini temuan ini membuka peluang baru penyembuhan ketergantungan obat.

"Jika kita bisa mengetahui apa yang membuat otak saudara kandung para pencandu menjadi sangat kuat melawan godaan narkotika, kita bisa mencegah banyak orang menjadi pencandu," kata Dr. Keedwell. (BBC/DOR)

Belanda Kembalikan Manuskrip Tua Gorontalo

Jurnal Po-Noewa yang pernah terbit pada 1932 pulang kampung. Salah satu manuskrip tua Gorontalo ini lama tersimpan di perpustakaan KITLV Leiden, Belanda.

Manuskrip tua ini menjadi jejak literasi penting dan penanda persemaian intelektualitas kaum terpelajar di Gorontalo. Adalah Basri Amin, seorang peneliti sekaligus dewan redaksi Jurnal Kebudayaan Tanggomo, yang tengah menempuh studi doktoral di negeri kincir angin itu, yang membawa pulang Po-Noewa pada Senin (20/2).

Basri Amin menjelaskan, Jurnal Po-Noewa yang terbit delapan edisi antara November 1932 hingga Juni 1933 itu, merupakan dokumen penting yang perlu digali kembali. Po-Noewa, menjadi media persemaian intelektualitas dan toleransi terhadap perbedaan pendapat, untuk menciptakan persatuan demi kemajuan melalui saling pengertian antara kaum tua dan muda.

Dalam Po-Noewa, dikupas dan disajikan berbagai tema karya-karya tokoh besar dari berbagai bangsa di dunia, Victor Hugo, Shakespeare, Rembrandt, Raden Saleh, Bethoven dan Mozart. Kemudian topik mengenai sistem irigasi dan pertanian, pendidikan rakyat, kesehatan, budaya pesta, lingkungan hingga ke ranah agama, tarikat-tarikat dan para auliya di bumi Gorontalo.

Pemulangan manuskrip Jurnal Po-Noewa sebanyak delapan jilid tersebut atas prakarsa dan difasiliitasi oleh salah seorang sesepuh Gorontalo di Jakarta, Razif Halik Uno, yang juga merupakan ayah dari pengusaha muda nasional, Sandiaga Uno.

Hutan Purba Ditemukan di China

Para peneliti tengah menggali sebuah hutan purba di kawasan China utara yang terawetkan setelah terkubur abu selama sekitar 300 juta tahun.

Kalangan ahli menganggap temuan hutan purba di sekitar Distrik Wuda, dekat wilayah Mongolia itu, mirip temuan Kota Pompeii di Italia, yang juga terawetkan setelah terpendam abu vulkanis Gunung Vesuvius.

Karena terawetkan nyaris sempurna, para peneliti mengklaim kelak dapat mengetahui dan memetakan pepohonan dan tanaman di kawasan hutan rawa-rawa seluas hampir satu kilometer persegi itu.

Dari hasil penggalian sementara di tiga lokasi para ahli menyatakan, hutan rawa-rawa purba ini terkubur abu dalam volume yang begitu besar.

Meskipun sebagian pepohonan dan tanaman rusak akibat abu, sebagian justru terawetkan dan masih utuh. "Ini terawetkan secara luar biasa," kata peneliti Hermann Pfefferkorn dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat.

"Ini mirip Pompei," kata Pfefferkorn. "Pompeii memberi kita wawasan mendalam tentang budaya Romawi, tetapi tidak mengatakan apa-apa tentang sejarah Romawi itu sendiri."

Sebaliknya, menurut Pfefferkorn, temuan hutan rawa-rawa di China ini dapat mengungkap banyak hal. "Ini adalah kapsul waktu, karena memungkinkan kita dapat mengetahui lebih baik, sebelum atau sesudah tertutup abu."

"Di lokasi itu, kita menemukan ranting, dan setelah kita lacak lagi, ada dahan, sehingga akhirnya kita mampu melacak pohonnya... Ini benar-benar menarik," jelas Pfefferkorn.

Sejauh іnі, tim peneliti tеlаh mengidentifikasi enam kelompok pepohonan. Di antaranya ada pepohonan jenis pakis setinggi sekitar 25 meter, yakni Sigillaria dаn Cordaites, yang telah punah. Hutan rawa-rawa purba terletak di kawasan utara China.

Mereka juga menemukan kelompok pepohonan berukuran besar, Noeggerathiales, уаng juga punah. Contoh tumbuhan dаn pepohon yang ditemukan nyaris ѕаmа ketika terjadi erupsi sekitar 300 juta tahun silam.

Jika Kota Pompeii terkubur pada 79 Masehi, hutan rawa-rawa terpendam lebih tua, yaitu selama sekitar 300 juta tаhυn selama periode Permian. Selama periode ini, yaitu antara 299-251 juta tаhυn lаlυ, berbagai benua masih tergabung dаlаm satu daratan lυаѕ уаng dinamakan Pangaea.

Pаdа zaman іnі јυgа ditemukan binatang, yaitu jenis mamalia, kura-kura, lepidosaurs, dаn archosaurs. Dari hasil penelitian tingkat awal, tim peneliti mencoba menggambarkan situasi hutan rawa-rawa purban itu sebelum terkubur abu. (BBC/DOR)

Jumat, 24 Februari 2012

7 Kampung Wisata Siap Dikembangkan di Tahun 2012

Tujuh kampung wisata bakal terealisasi di Kota Yogyakarta pada 2012 ini. Selain menjadi objek wisata alternatif, kampung wisata ini turut melestarikan budaya Jawa serta peninggalan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Tujuh kampung ini adalah Pandeyan, Notoprajan, Suryatmajan, Brontokusuman, Tamansari, Prenggan, dan Sosromenduran. Kepala Seksi Pengembangan Objek Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Bysrie Romli menjelaskan, ada sejumlah gejala yang menunjukkan bahwa wisatawan mulai menginginkan objek wisata di Yogyakarta selain Keraton Yogyakarta.

"Banyak wisatawan yang sudah melakukan penelusuran di kampung-kampung yang berada di Yogyakarta untuk melihat kehidupan sosial mereka," kata Bysrie di Yogyakarta, Selasa (21/2).

Ia mengatakan,beberapa kampung-kampung di Yogyakarta memiliki banyak potensi atau icon khusus. Potensi ini di antaranya kebudayaan, kerajinan, serta sosial. Lewat potensi-potensi inilah, kata Bysrie, selain menjadi daya tarik bagi wisatawan juga ajang pembelajaran bagi mereka khususnya budaya Jawa.

"Kampung wisata ini baru digalakkan tahun 2011 lalu yakni sebanyak lima kampung. Telah terbukti,dengan kampung tersebut wisatawan memiliki alternatif tujuan wisata ketika di Yogyakarta," tambahnya.

Untuk pengembangan, pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat tengah menyiapkan sumber dayanya. Mengingat untuk merealisasikan sebuah kampung wisata,bukan hal yang mudah.

Penggiat Kampung Wisata Dipowinatan Sigit Istiarto mengatakan, semenjak kampungnya ditunjuk menjadi kampung wisata urban tourism khususnya icon perkampungan Eropa Timur, banyak wisatawan dari negara tersebut mengunjungi kampungnya.

Mereka diperkenalkan dengan budaya Jawa seperti perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat. "Biasanya mereka akan tinggal di rumah penduduk untuk mempelajari kehidupan mereka. Kegiatan ini jarang dilakukan di objek wisata lainnya, dan ini adalah hal yang menarik bagi mereka," kata Sigit.

Ia mengaku bahwa pencanangan kampung wisata ini sangat berdampak positif pada pengembangan pariwisata di Yogyakarta. Selain meningkatkan kunjungan pariwisata, kampung wisata ini juga mengajak masyarakat untuk melestarikan kebudayaan Jawa dan menjaga alam sekitarnya.

"Masyarakat di kampung ini mulai sadar menjaga kebersihan lingkungan dan merawat benda-benda bersejarah di sana. Ini adalah pemberdayaan masyarakat yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan mereka," tambahnya.

Planet Baru Dipastikan Memiliki Air

GJ1214b, kelas planet baru yang ditemukan pertama kali pada 2009 diketahui memiliki air, dan para ilmuwan menjulukinya sebagai Waterworld. Planet tersebut beratmosfir tebal, beruap, dan sangat panas. Ukurannya lebih kecil dari Uranus tapi lebih besar dari Bumi.

Zachory Berta dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA) beserta rekan-rekannya melihat keberadaan Waterworld dengan teleskop Hubble milik NASA. "GJ1214b tidak seperti planet yang kita ketahui selama ini," kata Zachory. "Planet ini punya banyak air."

Para ilmuwan memperkirakan diameter 'Waterworld' mencapai 2,7 kali diameter Bumi dan bobotnya hampir tujuh kalinya. Tidak seperti Bumi yang mengorbit pada matahari sekali setahun, Waterworld mengorbit pada bintang red-dwarf setiap 38 jam. Planet GJ1214b berjarak 1,3 juta mil (sekitar dua juta km) dari bintang red-dwarf, yang artinya temperaturnya sangat panas yaitu nyaris mencapai 450 derajat Fahrenheit (sekitar 232 derajat celsius).

Penemuan Waterworld merupakan hasil dari MEarth Project yang dikepalai oleh David Charbonneau dari CfA. David dan timnya pertama kali menyampaikan hasil studi berjudul "A super-Earth transiting a nearby low-mass star" pada 2009.

Pada 2010, ilmuwan CfA Jacob Bead dan rekan-rekannya menyatakan bahwa mereka telah meneliti atmosfer 'Waterworld', dan melaporkan bahwa planet tersebut kemungkinan terbuat dari air. Akan tetapi ada kemungkinan lain --yaitu planet tersebut berselubung kabut, seperti yang menyelubungi bulan milik Saturnus, Titan.

Untuk memastikannya, Zachory dan rekan-rekannya menggunakan Wild Field Camera 3 (WFC3) dari teleskop Hubble untuk mengamati planet saat melintas di depan bintangnya. Cahaya bintang difilter melalui atmosfer planet, sehingga memberi petunjuk terkait komposisi gas yang dimilikinya.

Para ilmuwan lebih condong dengan pernyataan bahwa atmosfir planet tersebut dipadati uap air, bukan kabut. Perhitungan kepadatan planet juga menunjukkan bahwa GJ1214b punya lebih banyak air dibanding Bumi. Ini artinya struktur internalnya sangat berbeda dibanding Bumi.

"Temperatur dan tekanan yang tinggi akan membentuk material-material eksotis seperti 'es panas' atau 'air superfluida', zat-zat yang sama sekali asing dengan keseharian kita," kata Berta.

Mengingat jaraknya yang dekat dengan Bumi, besar kemungkinan akan ada observasi lanjutan menggunakan James Webb Space Telescope, yang akan diluncurkan akhir dekade ini. Sementara itu, hasil penelitian Zachory dan rekan-rekannya ini telah diterima untuk dipublikasikan di Astrophysical Journal.

7 Penelitian Prioritas di Tahun 2012

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menegaskan, pada 2012 ini akan memprioritaskan pada tujuh penelitian. Tujuh penelitian ini mencakup bidang ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan dan obat-obatan, manajemen dan teknologi transportasi,information and communication technology (ICT), material maju, dan industri pertahanan.

"Anggaran pemerintah untuk melakukan penelitian pada tahun ini adalah 4,2 triliun," ujar Gusti saat melakukan kunjungan kerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta, Senin (6/2).

Ia melanjutkan, penelitian tentang ketahanan pangan diharapkan dapat menghasilkan produk yang membantu program diversifikasi pangan. Ia mencontohkan Batan yang sudah berhasil menghasilkan padi varietas unggul dan mengembangkan sorgum.

Penelitian ketahanan energi, katanya, mendesak dilakukan karena minyak dan gas yang makin berkurang. "Kita akan lebih fokus pada penelitian energi terbarukan seperti tenaga angin, arus laut, serta panas bumi," katanya lagi.

Sementara itu untuk kesehatan dan obat-obatan, ia mengaku perlu melakukan pengembangan lagi pada isotop - isotop. Seperti Batan yang berhasil menghasilkan isotop untuk melacak kanker sejak dini. Obat herbal pun akan dikembangkan mengingat ketersediaan bahan baku yang melimpah.

"Penelitian menyangkut manajemen dan teknologi industri penting karena Indonesia masih banyak masalah kemacetan, kecelakaan, dan masalah transportasi lainnya," tandas Gusti.

Penelitian untuk ICT sudah dimulai dengan program Kemeninfo tentang mobil kecil yang bergerak antar kecamatan. Sedangkan material maju lewat teknologi nano dan industri pertahanan akan dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan Korea Selatan untuk membuat pesawat.

Ia berharap tujuh prioritas penelitian ini dapat dilakukan oleh mitra Kemenristek dengan maksimal. Tenaga ahli sendiri di Indonesia sudah banyak. Kendati begitu, ia tak menampik bila dana penelitian masih terbatas.

Penelitian Probiotik Raih ITSF Science and Technology Award 2011

Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) kembali memberikan penghargaan ITSF di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Acara penyerahan ITSF Science and Technology Award yang ke-18 ini berlangsung di Jakarta, Kamis (9/2). Science and Technology Award 2011 dianugerahkan kepada Dr. Ir. Ingrid Surono dari Universitas Indonesia lewat penelitian sehubungan probiotik bagi kesehatan.

Ketua ITSF, Soefjan Tsauri mengatakan, "Kami merasa senang mengetahui sekarang pengertian masyarakat Indonesia akan pentingnya iptek untuk pembangungan sudah cukup maju. Kami menganggap program-program kami sebagai cara untuk lebih memajukan implementasi sains dan teknologi."

Sementara Menristek Gusti Muhammad Hatta, yang tidak hadir tetapi dibacakan sambutannya dalam kesempatan itu, menggarisbawahi bagaimana iptek berperan pada peningkatan kapabilitas sumber daya manusia.

Science and Technology Award merupakan penghargaan terhadap penerima yang telah menunjukkan pencapaian dalam bidang ilmu pengetahuan. Di samping itu, juga diberikan Science Education Award terhadap para pendidik di sekolah menengah umum untuk kontribusi mereka dalam pengajaran yang inovatif di bidang pelajaran sains (fisika, kimia, biologi) dan Science and Technology Research Grant, yakni hibah dana yang diperuntukkan pada sejumlah usulan penelitian berkualitas.

ITSF sendiri didirikan bulan Desember 1993, dengan dana abadi dari Toray Industries, Inc., Jepang. Bertujuan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pendidikan ilmu pengetahuan di Indonesia, di luar keterkaitan bisnis Toray di negara ini.

Bakteri untuk Kesehatan Manusia

Seperti dijelaskan Dr. Ingrid dalam paparan, probiotik adalah komponen bakteri hidup yang apabila dikonsumsi pada jumlah memadai, memberikan manfaat kesehatan untuk inangnya.

Namun, probiotik yang tersedia di Indonesia saat ini belum teruji efektivitasnya dan relatif mahal. Dengan kata lain, penelitian Dr. Ingrid bertujuan melakukan komersialisasi probiotik dengan strain lokal, agar mampu memenuhi kebutuhan probiotik dan membantu masyarakat melalui terapi kesehatan dengan harga terjangkau.

Ditemukanlah dua jenis mikobakteri, Lactobacillus plantarum IS-10506 dan Enterococcus faecium IS-27526 yang diisolasi dari dadih (alat tradisional fermentasi susu kerbau, dipakai di Sumatra Barat). Baik Lactobacillus plantarum IS-10506 maupun Enterococcus faecium IS-27526 mampu meningkatkan respon imun. Keduanya bertahan hidup saluran cerna dan terbukti aman bagi manusia.

"Bisa disimpulkan bahwa adanya probiotik baru yang potensial dapat menghasilkan efek positif bagi kehidupan bakteri maupun di tubuh manusia inangnya," tutur salah satu dosen di FKUI tersebut. Ia berharap suplementasi dari dua probiotik ini kemudian dapat juga dimanfaatkan sebagai pangan fungsional yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

Kidung Sastra di Bumi Dewata


Nyawa naskah Nusantara mungkin terancam. Namun di satu pulau, denyutnya masih terasa dalam nadi masyarakat.
Oleh TITANIA FEBRIANTI
Foto oleh REYNOLD SUMAYKU

Setelah menghirup napas panjang, ia mulai menghidupkan isi naskah tersebut dalam nyanyian syahdu berirama lamban. Kalimat Jawa Kuno yang berasal dari turisan (torehan) kisah karya Mpu Tantular dalam lontar Kakawin Sutasoma mengalir dari mulutnya: "Ri tan somyan… teng bhumi sahana… muwah ring kadi kami… (Jika engkau tiada berbelas kasih dan memperhatikan dunia seperti kami ini…)" suaranya nyaring mendayu-dayu, menyejukkan hati dan udara yang menyengat siang itu.

Setelah dua kali mewirama atau mendendang­kan kalimat tersebut, ia mengerling ke arah Ni Nyoman Putriasa yang duduk di sisi kanannya, berhenti sejenak, kemudian tersenyum dan mengangguk. Dengan langgam puitis, Ni Nyoman Putriasa menerjemahkan kalimat itu ke dalam bahasa Bali.

Beberapa fragmen dalam lontar Kakawin Sutasoma yang digubah enam ratus tahun silam ini harus dilantunkan dalam lomba mewirama pada acara Pesta Kesenian Bali 2011 yang terselenggara setiap pertengahan tahun di Denpasar. Inilah penggalan cerita kala Sutasoma yang rupawan mendapat wejangan dari Dewi Pertiwi dalam pelariannya ke hutan karena menolak ditahbiskan oleh sang ayahanda menjadi raja.

Bagi saya, kisah Sutasoma tidak lebih dari naskah yang mengandung kalimat bhineka tunggal ika, yang tertera pada Garuda Pancasila. Namun, kini kisah itu menjadi begitu merdu di tangan masyarakat Bali. Imajinasi saya lantas melayang kembali ke ratusan tahun yang lalu, saat syair ini diciptakan dan dilantunkan secara turun-temurun, hingga saat ini.

Di tengah alunan suara seruling Bali, saya dan I Ketut Suharsana, Kepala Perpustakaan dan Museum Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gedong Kirtya yang kini bernaung di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Buleleng, bercakap-cakap di ruang kerjanya yang dipenuhi oleh perabot kayu.

Gedong Kirtya, yang awalnya bernama Stichting Liefrinck Van der Tuuk merupakan sebuah yayasan penyimpanan lontar. Yayasan ini didirikan berdasarkan hasil Pertemuan Kintamani oleh para cendekiawan Hindia Belanda, yang dihadiri pula oleh para pinandita (pemuka agama) dan raja-raja Bali, pada 1928. Dulunya gedung ini juga diperuntukkan bagi penyimpanan hasil penerbitan berkala yang terkait dengan segala penelitian yang dilakukan di pulau dewata.
Sejak saat itu, lontar-lontar milik masyarakat giat dipinjam dan digandakan ke atas lontar baru. Hingga tahun 1987, Gedong Kirtya mampu menyalin sekitar 4.000 buah lontar dengan beragam isi.

Namun, cita-cita pendiri untuk memusatkan salinan lontar tersebut di bumi Singaraja tak berlangsung lama. Suharsana berkisah, sejak perpindahan ibu kota provinsi dari Singaraja ke Denpasar sesuai keputusan Keputusan Menteri Dalam Negeri pada 1960 karena dinilai lebih representatif sebagai cermin ibu kota, Gedong Kirtya pun mulai terseok-seok membiayai kegiatan operasionalnya.

“Tahun 1987, turunlah Surat Keputusan Gubernur yang membubarkan Yayasan Gedong Kirtya,” ujarnya. Bersamaan dengan itu, datanglah kendaraan yang memboyong sebagian koleksi lontar Gedong Kirtya ke Denpasar. “Kalau ada dua lontar yang sama, ditinggal satu. Kalau hanya satu, ya dibawa,” lanjutnya. Sampai saat ini, lontar-lontar itu tersebar di perpustakaan lontar di daerah lain, salah satunya di Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali, Denpasar.

Pada 2007, pendokumentasian dilaksanakan terhadap naskah-naskah lontar yang tersisa. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama dengan Perpustakaan Nasional. Kala itu, ada 32 naskah lontar yang isinya sempat didokumentasikan dalam bentuk film.

Kini, memasuki ruang lontar Gedong Kirtya seperti kembali ke masa lalu: naskah-naskah lontar didekap keropak atau kotak kayu, ditata apik di atas dua buah rak cokelat tua bertingkat enam. Di rak sepanjang sekitar tiga meter itu setiap keropak memiliki keterangan di ujungnya. Satu keropak mewadahi beberapa buah lontar.

“Ruang lontar yang ada di sini kita sucikan, lontar-lontarnya juga kita sakralkan,” ujar Suharsana. Di ujung lorong rak tampak meja sesaji. “Masih banyak lontar tahun 1800-an yang ada di sini,” lanjutnya. Sementara di dekat pintu masuk, beberapa buah rak berkaca disesaki buku-buku tua dari zaman Belanda yang warnanya kuning kecokelatan.

Tak berapa lama, sekelompok turis Eropa masuk ke ruangan dan berceloteh dalam bahasa Prancis dan Jerman. Di akhir kunjungan, mereka menyodorkan nama dan tanggal kelahiran, untuk diukir dalam aksara lokal di atas lontar, berikut dewa, atau satwa hari kelahiran berdasarkan penanggalan Bali.

Sebelum pergi, saya sempat melihat tulisan yang tergantung di dinding kantor. Menurut catatan koleksi bertanggal 31 Mei 2011, jumlah buku berbahasa Belanda yang dikoleksi Gedong Kirtya: 8.490 buah. Naskah lontar yang pernah disalin: 7.211 buah (sejumlah 4.000-an naskah disalin ke dalam lontar, sisanya adalah salinan isi lontar di atas kertas ). Sesaat mata saya sempat terpaku pada jumlah lontar yang ada kini: 1.757.

Di Tanah Riau yang tersohor akan kecantikan naskah Melayu, Anna Soraya, Kepala Divisi Konservasi Perpustakaan Nasional, berniat melakukan pelestarian dan pendokumentasian naskah. Setelah melewati perjalanan panjang dan tiba di rumah penduduk, ia tercengang saat disuguhi kertas putih bertinta hitam: Lembaran fotokopi. Naskah asli berbahan dluwang (semacam kertas berbahan kulit kayu) telah dijual ke negeri tetangga, sang pemilik mengakui.

Tak hanya I Ketut Suharsana yang pilu kehilangan lontar-lontar koleksi Gedong Kirtya. Nusantara nan kaya akan ragam aksara dan naskah (karya berbentuk tulisan tangan dan berusia lebih dari setengah abad) kerap memikat negara lain. Perpindahan naskah-naskah kuno ke tangan bangsa Eropa sejak zaman penjajahan, atau naskah tua yang berleret apik di rak kaca museum negara tetangga, bukanlah cerita baru. Sementara di rumahnya sendiri, naskah yang bersolek ilustrasi warna-warni dan tulisan tangan berabad-abad usianya ini kadang tak lagi punya nilai di tangan sang empunya.

“Perdagangan naskah memang sudah ada sejak dulu. Naskah yang dijual sekarang ini sudah naskah kualitas nomor dua atau tiga dari segi isi dan keindahan ilustrasinya,” ujar Anna di ruang kantornya yang lapang. Ia juga berkisah tentang Babad Imam Bonjol yang berpindah tangan dengan nilai rupiah yang spektakuler ke negara tetangga.

Kala melakukan pelestarian dan dokumentasi, banyak suka duka yang ia lewati. Anna tak hanya menjumpai pemilik naskah yang tega merelakan naskah nenek moyangnya, tetapi juga pemilik yang amat melindungi naskahnya walau mereka tidak tahu pasti isi yang terkandung di dalamnya sehingga membuat para pelestari sulit melaksanakan tugasnya.

Para pemilik naskah juga sadar betul akan nilai ekonomis yang dikandung oleh lembaran-lembaran kuno ini di mata orang asing. Di tanah Aceh, Anna berjuang memenuhi tuntutan seorang istri almarhum pemilik pesantren yang menginginkan sebuah mesin cuci, sebagai syarat agar timnya bisa melakukan pelestarian dan pendokumentasian naskah. Namun mereka tak jua berhasil memotret isi naskah-naskah tersebut—hanya sampulnya dengan alasan mantra di dalamnya takut disalahgunakan. Beberapa bulan kemudian peneliti asing berhasil mendokumentasikan naskah-naskah tersebut.

Anna dan timnya tak sendiri dalam usahanya melestarikan atau memperbaiki naskah-naskah Nusantara. Di Palembang, mata Titik Pudjiastuti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia berbinar saat sekarung kumpulan naskah kuno yang konon berusia ratusan tahun dibawa turun dari loteng sebuah masjid dan disorongkan ke hadapannya. Saat ikatan dibuka, saat itu pula hatinya luruh. Karya yang tak terperi nilainya itu menyerpih dilahap rayap. “Akhirnya kita hanya bisa menangis,” ujarnya pilu bercampur gemas.

Di tengah upaya penyelamatan, para pelestari juga berusaha menyadarkan penduduk akan nilai warisan ini sesungguhnya. Mereka memberi edukasi mengenai perawatan naskah agar warisan leluhur ini tetap terjaga. Bahan yang dijumpai sehari-hari seperti air kapur sirih, cengkeh, lada, atau tumbukan halus arang kayu bisa mencegah ngengat dan kelembapan.

Di tanah Khatulistiwa, seiring bertambahnya usia, semakin rendah pula daya tahan sebuah naskah terhadap kelembapan juga rayap. Budaya penyalinan naskah kuno bermedia kertas semakin pupus. Maknanya pun hanya segelintir orang yang paham. Namun di Pulau Dewata, tradisi penyalinan naskah serta pemahaman isinya masih terus berlangsung hingga saat ini

Di rumahnya yang berudara sejuk di daerah Jasi, Karangasem, Bali, I Wayan Edi Wistara memamerkan sulitnya menuris di atas lontar saat ia baru mempelajarinya sekitar dua puluh tahun silam. Pengrupak atau pengutik, alat yang digunakan, dipegang dengan jari kanan hampir sama dengan cara memegang pensil, tetapi jempol kiri ikut memberikan penekanan. Kerumitan semakin bertambah mengingat lontar ini diukir pada dua sisinya.

“Penekanan harus benar agar cukup untuk menggores lontar namun tak cukup dalam untuk membuatnya berlubang,” jelas Wayan sambil menekuri lontar yang baru saja ia turisi.
Lontar yang ia kerjakan tak melulu disalinnya dari lontar lain. Kadang orang datang kepadanya untuk meminta agar bukunya disalinkan ke lembar lontar, layaknya kisah Bharatayuddha. Doa-doa dan upacara kecil dilaksanakan sebelum dan sesudah menuris lontar.

Sikap juga harus diperhatikan. “Posisi kedua tangan sejajar dengan ulu hati,” ujar Ida I Dewa Gde Catra, yang saya panggil Pak Catra, seorang penyalin lontar yang tinggal di Amlapura. Sikap tubuh juga harus tegak. “Napas juga harus diatur agar tulisan stabil, karena itulah saya beryoga. Saat menulis, lembar lontarlah yang bergerak ke arah kiri. Bukan tangan kita”, lanjutnya.

Bali yang memulai banyak catatan menggunakan lontar masih dikenang Catra yang lahir pada 1935. Pria yang tak terlihat setua umurnya ini berkisah, bahwa catatan kelahiran, jual beli tanah, serta administrasi kemasyarakatan lainnya dituris di atas lontar dengan aksara bali. “Saya alami langsung hal itu sampai dengan sebelum tahun 1950,” paparnya.

“Hampir di setiap rumah orang Bali yang beragama Hindu pasti memiliki lontar. Ini sebenarnya boleh dikatakan satu kekayaan terpendam di masyarakat,” ujar Catra yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah.

Selain menyalin, ia juga tersohor akan produksi blangko lontarnya yang awet dan bermutu tinggi. “Mulai dari proses menebang daun lontar hingga jadi, bisa memakan waktu hingga dua tahun. Memang pekerjaan yang menjemukan,” ungkapnya.

Pada 1978, enam tahun setelah ia mulai belajar menuris lontar, Catra dihadapkan pada lontar tua rapuh dari Griya Pidada yang berjarak sekitar dua kilometer dari tempatnya tinggal kini: Sebuah salinan lontar Nagarakretagama berisi kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk saat beranjangsana dari Majapahit ke Lumajang.

Naskah ini ia salin ke atas kertas, seperti apa adanya. “Jika lontarnya bolong ya saya kosongkan isinya,” kenangnya. Sekitar 13 tahun kemudian, tepatnya pada 1991, ia meleburkan diri dalam tim yang merevisi hukum guru lagu Nagarakretagama, dengan acuan catatan salinannya tersebut.

Aksara lontar ini punya tanda khusus karena menggunakan hukum wirama saat membaca. Suara Ni Luh Suyeni seolah muncul di telinga saya saat Catra memamerkan salinan lontar Nagarakretagama miliknya, kini memiliki indeks mewirama. “Jenis mewiramanya 98 kali berganti,” ujarnya bangga.

Keterampilan menuris lontar tidak hanya dimiliki oleh mereka yang terpanggil hatinya untuk menyalin isi lontar-lontar kuno. Di Desa Tenganan nan sunyi, sekitar 30 menit berkendara dari Karangasem, I Nyoman Suanda sibuk menekuri tujuh lempir lontarnya yang diikat berbaris-baris. Ia sedang mempercantik gambar barong yang terletak di bagian paling atas, dari gambar peta bali yang ia turis dengan pengrupaknya. Sesekali ia menggosok lontar tersebut dengan sebutir kecil kemiri yang berfungsi semacam tinta. Kemudian disapunya dengan jemari. Permukaan lontar pun berubah menghitam atau berwarna cokelat, memunculkan apa yang telah diturisnya.

Di mejanya yang dilapis taplak berwarna hijau itu digelar pula kalender Bali bergambar dewa-dewa yang ditemani kala. Ada yang dalam bahasa asing, ada pula yang dalam aksara Bali dengan gambar lebih rumit dan apik. Selain menekuni gambar-gambar seperti ini, Nyoman juga membuat pesanan seperti tanda mata untuk orang yang menikah di luar negeri, serta kartu nama dengan peta jalan di bagian belakang. Saya teringat, betapa Titik menekankan bahwa tradisi penulisan lontar berjalan dengan amat baik di Bali. Mereka sadar betul, tradisi ini menarik hati turis mancanegara.

para pewirama bisa menyihir saya saat menghidupkan isi lontar melalui kemerduan suara mereka. Namun, saya menemukan makna lain yang amat mendalam dalam lontar keagamaan yang membawa saya ke bagian selatan Bali. Pagi itu angin berembus kencang di pantai Goa Lawah, mendorong tubuh-tubuh yang berdiri goyah di sela debur ombak yang menghantam pantai dengan tak menentu. Seorang Sri Mpu atau pandita pemimpin upacara, sibuk mengucap mantra di atas pelataran.

Tangan kirinya sibuk menggoyang genta yang bunyi­nya menusuk telinga, mengalahkan amukan air di depan mata. Orang-orang berbusana putih duduk bersila menghadap laut lepas. Dupa-dupa yang ditancapkan di pasir hitam tak lagi tercium aromanya.

Lima buah sesaji berisi buah dan bunga berjajar rapi di atas pasir, di baris terdepan. Juga dua buah batang menjulang sekitar setengah meter yang akarnya dibalut kain putih, disebut puspa lingga, perlambang ruh orang yang telah tiada. Inilah Upakara Nuntun, yang biasanya diadakan setelah Ngaben dan Memutru, guna menuntun arwah berkeliling pura dan berpamitan kepada para leluhur.


“Nuntun adalah proses Maligya, mempersatukan roh yang lahir ke bumi untuk kembali ke asal. Proses ini mempermaklumkan seseorang yang pernah hidup, agar diampunkan kesalahannya, dan bisa kembali dengan tenang,” papar I Made Suparta dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Inilah upacara yang dihidupkan dari turisan di atas lontar Padma Buana. “Padma Buana adalah sembilan teratai di alam, yang dihubungkan dengan sembilan pura di bali. Secara simbolik biasanya upacara ini dilaksanakan dari tiga pura: pura gunung, tengah, dan laut, atau Pura Besakih, Pura Tampak Siring, dan Pura Goa Lawah,” lanjutnya.

Ni Wayan Widiastuti, dokter gigi yang bermukim di Jimbaran, adalah salah seorang pembawa puspa lingga. Selain ayah dan ibunya, upacara ini juga dipersembahkan bagi kakek dan dua orang kerabatnya.

Hari menjelang senja. Bayangan jatuh memanjang di lantai Pura Besakih. Setelah melakukan upacara selama sehari penuh di delapan buah pura, tibalah kami pada pura pengujung: Pura Penataran Agung. Di sini suara doa menyayup disapu angin di ketinggian. Keluarga yang hadir tak lagi sebanyak saat di Pura Goa Lawah. Perjalanan ini memang berat. Rombongan harus naik turun membawa sesaji yang tak ringan bobotnya ke pura-pura di lembah dan punggungan.

Suara aliran sungai yang membelah Bali Art Center Denpasar pagi itu lenyap dalam riuh lomba di area sekelilingnya. Di area Ratna Kanda, sembilan pria dan sembilan wanita remaja tingkat SMP mewakili kabupaten sedang mengalihaksarakan teks berbahasa Bali berhuruf latin ke dalam aksara Bali di atas daun lontar.

Saya sendiri tercenung di area Ayodya yang tempat duduknya bertingkat-tingkat. Berbalut busana adat berwarna putih dengan kain cokelat muda dan hiasan kepala, Ni Luh Suyeni dan Ni Nyoman Putriasa duduk bersimpuh menghadap keropak di sela asap dupa. Jantung saya berdebar saat mereka kembali mewirama dengan merdu.

Kerja keras pelantun dari Buleleng ini tak sia-sia. Mereka berhasil keluar jadi juara kedua di Pekan Kesenian Bali tahun ini. Di sini, di antara penyalin lontar, di tengah penuris belia, di hadapan pelantun wirama, tiap lempir lontar jadi sarat makna.

Turisan itu tak hanya sekadar torehan di atas daun. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang membuat naskah-naskah kuno terus hidup dan mengalir di dalam jiwa mereka yang memegang teguh budaya yang diturunkan oleh nenek moyang, sejak berabad silam.

15 Buku Kuno Misterius itu Siap Dialihbahasakan

Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, akan mengalihbahasakan 15 buku kuno. Buku-buku berusia berusia lebih dari 50 tahun ini mereka dapat secara hibah setelah dikirim oleh seseorang tanpa nama melalui paket pada Selasa (7/2).

Tidak ada nama pengirim di kardus yang digunakan untuk membungkus buku-buku tersebut. Hanya dicantumkan alamat Museum Radya Pustaka. "Buku-buku ini dalam kondisi cukup terawat, sudah berumur lebih dari 50 tahun. Ada yang ditulis dengan huruf Jawa kuno dan ada juga yang menggunakan huruf Latin," ujar Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka Djaka Darjata, Kamis (16/2).

Buku-buku ini sudah menggunakan sistem percetakan dan bukan ditulis tangan. Dari ke-15 buku itu, yang paling 'berharga' adalah Serat Rama yang ditulis dengan huruf Jawa kuno dan terdiri atas 508 halaman. "Serat Rama bercerita tentang dunia wayang dan segala seluk beluknya," kata Djaka lagi.

Selain Serat Rama, ada juga buku kebatinan sebanyak empat hingga lima buku yang dikarang tahun 1926. Sedangkan sisa buku lainnya menceritakan soal primbon Jawa, salah satunya juga menggunakan huruf Jawa kuno.

Buku-buku ini selanjutnya akan segera dialihbahasakan. Untuk melakukannya, pihak Radya Pustaka siap bekerja sama dengan Yayasan Sastra. "Sementara ini, buku-buku itu akan kami simpan dulu hingga ada pemilik asli yang menyatakan buku tersebut miliknya. Kalau sudah, akan ada proses administrasi dan ada berita acara," ujar Djaka yang menambahkan ke-15 buku itu sudah dipamerkan ke publik.

Selain mendapat hibah buku, Museum Radya Pustaka juga tengah bersiap memamerkan naskah-naskah kuno yang sudah di digitalisasi dalam bentuk Compact Disc (CD). Ini merupakan hasil kerjasama musem dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

"Mikrofilm naskah-naskah kuno yang sempat disusun dan ditelantarkan sudah kami susun dan perbaiki. Jika ada masyarakat yang ingin membaca naskah Babad Tanah Jawi tinggal kami pamerkan lewat CD," ujar Djaka.

Muarojambi 'Diserbu' Batubara dan Kelapa Sawit

Kawasan percandian Muarojambi mengalami masalah pelik. Keberadannya di sepanjang sungai Batanghari, Jambi, seluas 2.612 hektar saat ini ‘diserbu’ perusahaan kelapa sawit dan batubara.

Kelapa sawit yang ditumbuhkan secara masif membuat habitat hewan dan tumbuhan yang biasanya menghiasi kawasan ini mulai menghilang. “Kelapa sawit itu sifatnya monokultur, tanaman lain ditebang habis hanya boleh kelapa sawit yang hidup. Kita jadi tidak lagi melihat kancil atau betet di kawasan (Muarojambi), sedikit demi sedikit mereka menghilang,” ujar Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Junus Satrio Atmodjo dalam acara diskusi 'Ancaman Perusakan Situs Muarojambi' yang berlangsung di Jakarta, Kamis (9/2).

Sedangkan perusahaan batubara menebar ancaman yang lebih serius lagi karena menimbulkan masalah kesehatan dan merusak kawasan percandian Muarojambi. Dikatakan Junus, jika batubara mengeluarkan gas metana yang mudah terbakar. Hasil bakaran ini akan menjadi pecahan kecil yang bisa terbang ke segala arah, termasuk ke arah situs percandian Muarojambi.

“Selain meracuni penapasan manusia, dia (batubara) juga akan tertimbun di kawasan yang kita lindungi. Sifat batu bara itu tidak bisa diserap oleh tanah, lama-lama kawasan ini akan rusak, tidak bisa lagi bercocok tanam, tanahnya rusak,” ujarnya lagi.

(Salah satu kegiatan penumpukan batubara di kawasan Muarojambi, Jambi)

Kawasan Percandian Muarajambi merupakan peninggalan kebudayaan masa Hindu-Buddha di Asia pada abad 7-13 Masehi. Luasnya yang secara administratif mencakup tujuh wilayah desa, membuat Muarojambi sebagai kompleks paling luas dan terpadat tinggalan kepurbakalaannya di Indonesia.

Kompleks ini pertama kali ditemukan pada tahun 1974 melalui informasi yang disampaikan masyarakat sekitar. Ketika dipugar di tahun 1975 hingga sekarang, diperkirakan ada 80-90 candi yang ada di kompleks Muarojambi. Namun, saat ini kondisinya mulai memprihatinkan karena kondisi asam hasil penimbunan batubara merusak batu bata penopang candi-candi tersebut.

“Vandalisme oleh perusahaan batubara yang ada Muarojambi. Tumpukan batu bara (masuk ke aliran sungai) menghasilkan air yang asam, masuk ke bata melalui jaringan yang ada, jadilah dia (candi) rusak,” demikian ujar Profesor Mundardjito, guru besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

Hingga sekarang, belum ada perlindungan dari Pemerintah Indonesia untuk kawasan Muarojambi. Surat Keputusan yang dikeluarkan Kemendagri pada tanggal 21 Oktober 2011 juga belum menetapkan Muarojambi sebagai kawasan yang dilindungi.

“Belum ada penetapan atau Surat Keputusan yang menyatakan jika Muarojambi itu kawasan. Yang dilindungi hanya bangunannya, bukan wilayahnya. Kenapa wilayahnya penting? Karena setiap penemuan butuh konteks, tiap situs butuh kawasannya,” kata Junus.

Kondisi ini membuat kumpulan masyarakat yang terdiri atas tokoh masyarakat Jambi, penulis, wartawan, vidoegrafer, seniman, bahkan ibu rumah tangga, mengajukan petisi menyelamatkan Muarojambi. Petisi tersebut ditujukan pada Presiden Republik Indonesia, Gubernur Provinsi Jambi, dan Bupati Kabupaten Muarojambi. Dalam tuntutannya, masyarakat meminta pengukuhan kawasan Muarojambi sebagai kawasan Cagar Budaya yang dilindungi UU Cagar Budaya nomor 11 tahun 2010.

Situs Trowulan Majapahit: Dahulukan Kepentingan Kebudayaan

Situs Trowulan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur masih menyimpan begitu banyak misteri mengenai peradaban Kerajaan Majapahit. Para ahli arkeologi dan sejarah memperkirakan peradaban kerajaan berkembang sekitar 200 tahun, mulai berdiri sejak 1293 hingga runtuh sekitar tahun 1521 M.

Bagai mencari kota yang hilang, penelitian dan penggalian arkeologis terus dilakukan hingga saat ini. Menurut Mundardjito, dewan pakar National Geographic Indonesia, Kamboja memiliki peninggalan peradaban berupa Angkor Wat, Peru menyimpan Machu Picchu, Italia dengan reruntuhan Pompeii, dan Yunani terdapat Acropolis di Athena, sementara Indonesia hanya punya Trowulan yang sampai sekarang pun belum tergali sempurna.

“Penentuan batas kota dan tata kota pun masih menjadi misteri. Apakah mereka menentukan batas dengan menggunakan konsep astronomi seperti pelaut. Kami juga belum dapat memastikannya,” ujar Junus Satrio Atmodjo, staf ahli Menteri Parwisata dan Ekonomi Kreatif saat kami jumpai pada Senin (23/1).

Junus yang juga Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia menegaskan bahwa Kota Majapahit mengedepankan konsep mandala. Artinya, raja yang berkedudukan di sana memiliki dua makna: mewakili dunia supranatural dan melakukan pengaturan di dunia.

Di sisi lain, Junus juga menyebutkan bahwa Trowulan mendapatkan tekanan sejak tahun 1990-an. Masyarakat melakukan tindakan destruktif lantaran desakan kebutuhan hidup. Sedikitnya ada 5.000 keluarga yang menggantungkan hidup pada industri batu bata, yang bahan bakunya berasal dari galian tanah di sekitar situs Majapahit. Tindakan destruktif sebagian masyarakat berjalan terus-menerus dan semakin meluas.

Itu sebabnya, untuk menyelamatkan situs Majapahit, Junus mengatakan bahwa kepentingan kebudayaan harus menjadi konsep terdepan. “Kita harus tanggung jawab kepada masyarakat sekitar dan negara. Kita melakukan penelitian pada lokasi yang pemiliknya adalah masyarakat sekitar,” ujar Junus.

Dengan menempatkan konteks kebudayaan pada situs Majapahit, kita akan dapat melihat bagaimana proses budaya yang terjadi di kerajaan itu. Hal ini lah yang kerap terlupakan oleh para pemangku kepentingan. “Pariwisata itu hanyalah pilihan, tetapi kepentingan kebudayaan adalah kewajiban.”

Beberapa tahun silam, polemik mengenai pembangunan proyek Pusat Informasi Majapahit sempat mengemuka. Para ahli arkeologi menyatakan keberatan atas pembangunan proyek yang menjadi bagian dari rencana besar membangun Majapahit Park. Lantaran terkesan dipaksakan dan dilaksanakan tidak melalui prosedur yang seharusnya

Solo Beri Label Khusus untuk Benda Cagar Budaya

Pemerintah Kota Solo mulai menempelkan label khusus pada bangunan atau kawasan yang ditetapkan menjdi Benda Cagar Budaya (BCB).

Penempelan label ini telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Walikota Solo Nomor 646/116/1/1997. Menurut Kepala Bidang Konservasi dan Pengawasan cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Mutfi Raharjo ada 54 BCB yang ditempeli label. Sedangkan bangunana lain masih dalam tahap inventarisasi dari Tim Kajian Cagar Budaya.

Ia menjelaskan penempelan label ini menggunakan bahan tembaga berdesain artistik yang disertai dengan penerbitan sertifikat yang menyebutkan bahwa sebuah bangunan masuk dalam BCB.

Salah satu anggota Tim Kajian Cagar Budaya, Sudharmono SU menjelaskan, pelabelan sebaiknya diikuti dengan pemberian insentif pada pemilik BCB, yakni berupa keringanan atau pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan, serta bantuan teknis jika pemilik hendak melakukan renovasi. "Dengan cara demikian, upaya penyelamatan BCB akan efektif," papar Mutfi.

Ia pun menambahkan, ketika sebuah bangunan atau kawasan dikategorikan BCB, maka akan dibarengi dengan peningkatan nilai ekonomis, lantaran bangunan tersebut berkategori special bahkan langka.

Stupa Kuno yang Diduga Peninggalan Kukar Ditemukan di Jawa Timur


Ditemukan stupa kuno yang diyakini merupakan peninggalan purbakala yang berasal dari zaman Kutai Kartanegara (Kukar) pada abad ke-14. Stupa dengan tinggi sekitar 0,5 meter itu ditemukan di tanah pekarangan rumah seorang warga Desa Tembarak, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Stupa ini berbentuk seperti kubah masjid dengan bahan tanah liat merah. Saat ditemukan kondisi stupa juga sudah kelihatan cacat, pecah, dan retak di beberapa sisi.

Menurut pernyataan salah satu perangkat desa, memang desanya dahulu sempat dihuni masyarakat di bawah pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegera.

Di dekat lokasi penemuan, berjarak sekitar 500 meter, terdapat bekas situs candi pemujaan pula. Namun,situs itu sekarang telah dipindahkan oleh dinas kepurbakalaan terkait.

Meski demikian, benda temuan baru ini belum dapat terkonfirmasi sebagai benda purbakala. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk, Lies Nurhayati, yang menindaklanjuti laporan warga mengatakan, telah melakukan koordinasi mengenai temuan dengan pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto untuk memastikannya lewat penelitian lebih dalam.


begini cerita selengkapnya :

Seorang warga Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menemukan sebuah benda berbentuk stupa berbahan tanah merah yang diduga peninggalan zaman kesultanan Kutai Kartanegara pada 1300 Masehi.

Trosenin (66), warga Desa Tembarak, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, yang menemukan benda itu, Selasa, mengemukakan, benda itu ditemukan di pekarangan depan rumahnya. ”Saya menggali tanah di depan rumah dan menemukan benda ini,” katanya.

Menurut dia, ia menemukan benda itu berawal dari sebuah mimpi. Ia bermimpi ditemui oleh seorang kakek berjenggot panjang. Dalam mimpi itu, ia diminta untuk menggali tanah.

Ia juga tidak menyangka hingga akhirnya menemukan benda mirip stupa di depan pekarangan depan rumahnya. Saat ditemukan kondisi stupa itu sudah cacat. Bagian atas dan sebagian sisi kanan sudah patah, sementara bagian kiri juga pecah.

Stupa yang ditemukan Trosenin ini unik. Bentuknya seperti kubah masjid dengan tinggi sekitar 0,5 meter dengan diameter sekitar 10 sentimeter. Bahan baku dari benda itu adalah tanah liat berwarna merah dengan motif batik.

Sementara itu, salah seorang perangkat desa, Sumanto, mengatakan bahwa di desanya dulu sempat dihuni masyarakat dari pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegera, sekitar tahun 1300 Masehi atau pada abad ke -14.

Hal itu terbukti dengan adanya sebuah situs berupa Candi Pemujaa yang terletak sekitar 500 meter dari tempat penemuan stupa. Candi pemujaan itu saat ini sudah dipindahkan oleh dinas terkait ke museum Anjuk Ladang, Nganjuk. Bahkan, situs candi pemujaan tersebut masih terlihat bekas bangunannya.

Namun, ia mengaku belum mengetahui dengan pasti stupa yang ditemukan oleh salah seorang warganya tersebut adalah benda purbakala atau bukan. Pihaknya akan melaporkan temuan ini ke Dinas Pariwisata Kabupaten Nganjuk untuk penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk Lies Nurhayati mengatakan, untuk temuan itu sudah dikoordinasikan dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto.

”Penemuan itu sudah ditangani oleh BP3 Trowulan dan sudah menjadi kewenangannya. Kalau kami hanya menunggu saja,” jelasnya.

Ia juga menyebut, temuan itu kemungkinan adalah laporan yang dilaporkan sejak tujuh tahun lalu. Namun, untuk kepastiannya pihaknya akan menerjunkan tim ke lokasi.

Undang-undang Cagar Budaya Masih Mandul

Perusakan kawasan situs bersejarah di Indonesia sulit diatasi karena Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya masih mandul. Sudah hampir dua tahun belum ada peraturan Pemerintah yang ditandatangani Presiden untuk menjalankan undang-undang tersebut.

Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti, Selasa (14/2), rancangan peraturan Pemerintah (RPP) tersebut masih dibahas di DPR."Saya dengar sudah hampir selesai. Mudah-mudahan tahun ini RPP sudah bisa selesai semuanya," kata Wiendu.

Undang-undang Cagar Budaya yang diterbitkan tahun lalu itu menggantikan UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan upaya pelestarian situs budaya. Dalam UU No 5/1992 tersebut dinyatakan, yang dianggap sebagai cagar budaya hanyalah bendanya.

Artinya, lingkungan atau kawasan benda bersejarah itu berada tidak dianggap sebagai cagar budaya sehingga seringkali luput dari upaya perlindungan. Dengan UU baru yang diterbitkan tahun 2010, lingkungan situs termasuk kawasan cagar budaya yang dilindungi.

Konteks Sejarah

Guru Besar luar biasa Departemen Arkeologi Universitas Indonesia Moendardjito mengatakan, kawasan situs bersejarah perlu dilindungi dan kerusakan agar para ahli arkeologi bisa meneliti konteks sejarah dari hasil temuannya. "Kalau lingkungan temuannya sudah rusak, tinggal bendanya saja, tidak akan ada artinya apa-apa. Untuk 'menerjemahkan' hasil temuan, perlu ada konteks dengan lingkungannya," kata Moendardjito.

Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bidang Hubungan Antarlembaga, yang juga arkeolog konservasi, Junus Satrio Atmodjo, mengungkapkan, masih ada tiga RPP terkait dengan cagar buadaya yang belum selesai dibahas DPR, yakni tentang RPP museum, perlindungan, dan register nasional cagar budaya.

Menurut UU Administrasi Negara, kata Junus, PP sudah harus diterbitkan paling lambat satu tahun setelah UU No 11/2010 diterbitkan. "Penerbitan PP sudah harus selesai pada tahun 2012 dan segera diserahkan kepada Presiden untuk disahkan," ujarnya.

UU Cagar Budaya yang baru tersebut, menurut Janus, lebih lengkap dibandingkan dengan UU lama. UU tersebut merinci cagar budaya sebagai benda, bangunan, situs, struktur, kawasan. Di dalam UU juga diatur tentang zonasi dalam kawasan cagar budaya.

Sanksi yang diterapkan dalam UU Cagar Budaya ini juga menganut hukuman minimal. Sanksi minimal ini dianggap bisa memberikan efek jera bagi mereka yang melanggar ketentuan. Masyarakat yang berada di sekuat kawasan situs juga dilindungi oleh UU Cagar Budaya.

(Sumber: Kompas)

Bali Jadi Tuan Rumah World Culture Forum 2013

Penyelenggaraan World Culture Forum (WCF) pada tahun 2013 akan berlangsung di Bali. Dalam WCF nanti, tokoh dan pemimpin dunia akan berdiskusi mengenai strategi dalam kebudayaan khususnya terkait perdamaian, pelestarian, pembangunan, dan globalisasi.

Humas WCF,Irawati, menjelaskan kedudukan Indonesia sebagai penyelenggara WCF akan menorehkan sejarah monumental yang mengangkat posisi dan peran strategis bagi Indonesia. Khususnya di bidang pembangunan kebudayaan di tingkat dunia.

"Even ini mengangkat nama Indonesia dalam peta dunia sebagai negara yang memiliki komitmen dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan dunia," paparnya dalam keterangan persnya, Senin (13/2)

Ditambahkannya, bagi masyarakat pelaku budaya, WCF akan memberikan tempat dan peluang untuk mengangkat kekayaan budaya Indonesia di mata internasional. Kekayaaan budaya Indonesia juga memiliki nilai-nilai universal.

Dalam acara WCF tersebut juga akan diadakan festival film budaya dengan menampilkan film-film dari berbagai negara khususnya yang bertema kebudayaan.

Sebelum diadakannya WCF 2013, panitia mengadakan WISDOM 2010, World Conference on Culture, Education and Science : 'Local Wisdom, Global Solution', di Universitas Gadjah Mada, pada 5-8 Desember, 2010. Selain itu juga diadakan Bali World Culture Forum 2011, Tri Kaya Parisudha: Morality and Ethics in New Global Culture, pada 11-16 Juni, 2011. (KR)

Meminda Koleksi Museum Nasional


Sejumlah orang berjubah laboratorium putih lengkap dengan masker hijau tengah merawat koleksi miniatur rumah adat Dayak dengan sabar. Kondisi koleksi sudah rapuh dan sangat kering. Mereka mengangkat debu dengan menyikat sisi atapnya dengan hati-hati, lalu menyekanya dengan kain putih. Sebagian lagi mengencangkan atau memperbaiki dinding rumah adat Batak Toba yang miring atau terlepas. Para "dokter museum" itu bekerja di antara himpitan rak-rak yang memajang pusparagam pusaka miniatur rumah adat Nusantara.

"Kami secara berkala selalu memonitor kondisi lingkungan koleksi tersebut," ungkap Ita Yulita seorang staf konservasi Museum Nasional Jakarta, "Namun, kami juga melakukan tindakan segera dan darurat, seperti kasus perbaikan rumah adat ini karena kondisinya sangat parah."

Museum Nasional memiliki 125 koleksi miniatur rumah adat yang terbuat dari kayu, bambu, rotan,ijuk, dan alang-alang. Miniatur itu dibuat dengan cermat dan mirip dengan aslinya–lengkap dengan pagar, tangga, bentuk jendela, dan dekorasi adat. Koleksi ini tampaknya sudah menghuni museum ini sejak awal abad ke-20 sehingga pusaka nan renta itu harus dirawat dari penyebab kerusakan seperti debu, temperatur, kelembapan, serangga, dan rayap.

Semestinya ada latar belakang pendidikan khusus untuk keahlian tim pelestari di Indonesia. Namun, menurut Yulita hingga kini konservasi baru sebagai mata kuliah di jurusan arkeologi, atau peminatan pada program studi. Selama ini timnya memperoleh pengalaman konservasi dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan di dalam negeri, maupun luar negeri. "Sebenarnya apabila orang tahu, kerja di museum ini menarik. Orang lihat sepertinya cuman dibersihin saja, tetapi sebenarnya ilmu untuk itu ada," kata Yulita meyakinkan.

Museum Nasional mempunyai ikatan dengan lembaga-lembaga konservasi luar negeri seperti organisasi antarpemerintah dengan keahlian yang telah diakui dalam pelatihan, pengembangan kapasitas, dan jaringan kerja. Sebagai contoh, COLLASIA (Pelestarian Pusparagam Pusaka di Asia Tenggara), ICCROM (Pusat Studi Pelestarian Kekayaan Budaya), dan SEAMEO-SPAFA (Pusat Regional untuk Arkeologi dan Seni Rupa). "Saat ini saya sedang belajar iklim mikro lemari pajang," ungkap Yulita soal aplikasi pelatihan dari COLLASIA, "perihal pengaturan kelembapan dan temperatur, dan bagaimana mengatasinya."

Koleksi museum yang paling terancam karena temperatur dan kelembapan adalah kayu, kertas, dan tekstil. Untuk mengatasi masalah ini Yulita belajar bagaimana cara membuat perbandingan cermat antara luas ruang pajang dengan gel silika yang digunakan. "Apabila kebanyakan akan membuat kering ruang pajang sehingga memudahkan koleksi remuk atau patah. Sebaliknya, apabila kekurangan akan menyebabkan kondisi ruang pajang menjadi lembap."

"Kita selalu menjaga kagiatan konservasi untuk setiap objeknya itu unik," ungkapnya, "Kondisi alat dan bahan terbatas itu juga membuat kita untuk berkreatifitas dalam konservasi." Ibarat dokter, tim pelestari tidak mempunyai satu resep yang manjur untuk semua penyakit. Semangatnya, menurut Yulita, adalah melestarikan, sedangkan pelaksanaannya dilihat dari kasus kerusakan, jenis benda, dan materialnya.

Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Yulita sebagai pelestari adalah ketika melakukan konservasi Pedang Gaja Dumpak milik Sisingamangaraja XII yang telah menjadi koleksi museum sejak 1907. Suasana berjalan seperti biasa hingga beberapa orang yang mengaku keturunan Raja Tapanuli itu tiba di ruangan konservasi dengan hasrat menyaksikan pedang leluhurnya. "Mereka menangis melihat pedang itu sambil bersenandung lagu batak dengan lirih," kenang Yulita, "Kami ikut terharu bangga, ternyata kami juga bisa menolong mereka seperti mempertemukan keluarganya yang hilang."