Jurnal Po-Noewa yang pernah terbit pada 1932 pulang kampung. Salah satu manuskrip tua Gorontalo ini lama tersimpan di perpustakaan KITLV Leiden, Belanda.
Manuskrip tua ini menjadi jejak literasi penting dan penanda persemaian intelektualitas kaum terpelajar di Gorontalo. Adalah Basri Amin, seorang peneliti sekaligus dewan redaksi Jurnal Kebudayaan Tanggomo, yang tengah menempuh studi doktoral di negeri kincir angin itu, yang membawa pulang Po-Noewa pada Senin (20/2).
Basri Amin menjelaskan, Jurnal Po-Noewa yang terbit delapan edisi antara November 1932 hingga Juni 1933 itu, merupakan dokumen penting yang perlu digali kembali. Po-Noewa, menjadi media persemaian intelektualitas dan toleransi terhadap perbedaan pendapat, untuk menciptakan persatuan demi kemajuan melalui saling pengertian antara kaum tua dan muda.
Dalam Po-Noewa, dikupas dan disajikan berbagai tema karya-karya tokoh besar dari berbagai bangsa di dunia, Victor Hugo, Shakespeare, Rembrandt, Raden Saleh, Bethoven dan Mozart. Kemudian topik mengenai sistem irigasi dan pertanian, pendidikan rakyat, kesehatan, budaya pesta, lingkungan hingga ke ranah agama, tarikat-tarikat dan para auliya di bumi Gorontalo.
Pemulangan manuskrip Jurnal Po-Noewa sebanyak delapan jilid tersebut atas prakarsa dan difasiliitasi oleh salah seorang sesepuh Gorontalo di Jakarta, Razif Halik Uno, yang juga merupakan ayah dari pengusaha muda nasional, Sandiaga Uno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar