Bertempat di pelataran Musem Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, secara rutin diadakan pengajaran aksara Jawa kuna (kuno).
Komunitas belajar ini dibentuk oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan atas dasar keprihatinan terhadap rendahnya minat masyarakat terhadap budaya aksara Jawa kuna. Tidak dipungut bayaran apa pun untuk pembelajaran ini.
Bahasa Jawa kuna digunakan untuk membaca penanda yang dapat ditemukan pada candi dan benda purbakala. Terutama pada peninggalan kerajaan Majapahit. Pertemuan pada setiap Sabtu dalam minggu pertama dan ketiga ini fokus mengkaji berbagai bahasa Jawa kuna yang pernah populer pada abad ke empat hingga ke-16, yaitu abjad Pallawa, Sansekerta, hingga Jawa baru.
Selain itu, ada juga yang belajar simbol-simbol yang kerap dijumpai pada bebatuan peninggalan kerajaan Majapahit. Diksi aksentuasi juga turut dipelajari. Dengan demikian diharapkan para generasi muda dapat terlibat membaca makna simbol-simbol, meneliti, dan mempelajari temuan benda purbakala.
Menurut seorang relawan pengajar Rakai Hino, sudah menjadi kewajiban untuk melestarikan kebudayaan ini. Bahasa Jawa kuna atau hipnugraf tidak sulit untuk dipahami, namun dibutuhkan ketelitian dan ketekunan. Jika tidak diajarkan, tentu akan punah tergerus zaman. Padahal, aksara dan bahasa ini justru dipelajari di negara Belanda.
Lokasi pelajaran di dalam museum memudahkan peserta mempraktikkan ilmu yang dipelajari. Biasanya usai mendapat materi, para peserta kursus langsung melihat benda-benda purbakala dan membaca simbol-simbolnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar